BARCELONA, RABU — Partai-partai di Catalonia berjuang keras untuk meraih simpati massa mengambang menjelang pemilu legislatif Catalonia pada Kamis (21/12) ini. Sampai kemarin, sejumlah jajak pendapat menunjukkan, ada sekitar 20 persen dari 5,5 juta pemilih yang belum menentukan pilihan.
Persaingan antara partai-partai yang pro-kemerdekaan dan yang mendukung persatuan dengan Spanyol sama kuat. Para pengamat ataupun jajak pendapat tidak bisa memprediksi siapa yang akan menjadi pemenang dalam pemilu ini.
Pemilu Catalonia dilangsungkan setelah Perdana Menteri (PM) Spanyol Mariano Rajoy membubarkan pemerintahan beserta parlemen Catalonia, November lalu. Langkah itu diambil setelah Pemimpin Catalonia Carles Puigdemont tetap melaksanakan referendum kemerdekaan ilegal pada 1 Oktober dan kemudian mendeklarasikan kemerdekaan di parlemen Catalonia pada 27 Oktober.
Puigdemont dan sejumlah menterinya melarikan diri ke Belgia dan kini melakukan kampanye dari Brussels. Adapun wakil Puigdemont, Oriol Junqueras, memilih hadir di pengadilan Madrid. Pada hari itu juga, ia langsung ditahan bersama dengan sejumlah politisi lain.
Terbelah
Krisis politik di Catalonia telah membelah warganya menjadi dua kubu yang kekuatannya seimbang. Partai-partai pendukung persatuan dengan Spanyol adalah Ciudadanos pimpinan Ines Arrimadas, partai PM Rajoy, Partai Rakyat yang dipimpin Xavier García Albiol, dan Partai Sosialis Catalonia (PSC) pimpinan Miquel Iceta.
Puigdemont yang saat ini berada di Belgia mengumumkan pendirian partai Bersama untuk Catalonia pada bulan lalu. Pada pemilu lalu, aliansi partai-partai pendukung kemerdekaan berhasil menguasai mayoritas kursi parlemen.
Namun, dalam pemilu kali ini, partai-partai tersebut menolak melakukan aliansi dan memilih berdiri sendiri. Mereka adalah partai Bersama untuk Catalonia yang dipimpin Puigdemont, Republik Kiri Catalonia (ERC) pimpinan Junqueras, dan partai komunis CUP pimpinan Carles Riera.
Satu partai yang tidak menyatakan keberpihakan adalah Catalunya en Comú Podem pimpinan Xavier Domènech. Partai ini bisa menjadi penentu ketika posisi kedua kubu yang berseberangan sama kuat.
Saling serang
Kandidat terkuat dari kubu pro-Spanyol adalah Ines Arrimadas (34) yang berjanji akan mengubur ambisi Catalonia untuk lepas dari Spanyol. ”Pada hari Kamis kita akan bangkit kembali dari mimpi buruk kemerdekaan. Kita sudah sangat dekat dengan mimpi itu,” kata Arrimadas.
Sebaliknya, Puigdemont dari Brussels secara gencar melakukan kampanye melalui berbagai jalur media, termasuk video dan televisi. ”Ini bukanlah pemilu normal. Yang diperjuangkan bukanlah siapa yang meraih suara terbanyak, tetapi apakah negara Catalonia yang menang atau PM Rajoy,” kata Puigdemont.
Adapun Junqueras yang diizinkan melakukan 10 percakapan telepon dalam sepekan di penjara memanfaatkannya untuk wawancara dengan radio Catalonia. Ia juga mengirimkan artikel untuk koran setempat dan surat ataupun sajak-sajak untuk para pendukungnya.
Sejumlah pengamat menilai, jika tak ada dari kubu pro-Spanyol ataupun pro-kemerdekaan yang mampu menjadi mayoritas di parlemen, bisa terjadi kebuntuan politik untuk membentuk pemerintahan. Jika partai-partai itu tak dapat berkompromi, Catalonia harus melakukan pemilu kembali tahun depan. Hal itu akan memperpanjang ketidakpastian politik.
Krisis di Catalonia telah merusak iklim pariwisata setempat dan membuat sekitar 3.000 perusahaan memindahkan kantornya ke luar wilayah Catalonia.