Sebagian besar TPS mulai dibuka pada pukul 09.00 dan ditutup pada pukul 20.00. Namun, sejak pagi hari, warga sudah berduyun-duyun mengantre. Ini pemilu yang krusial setelah langkah pemerintahan Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy menggagalkan deklarasi kemerdekaan Catalonia.
Tercatat 5,5 juta pemilih yang terdaftar. Mereka akan menentukan apakah memberikan kemenangan kepada kubu pro-kemerdekaan atau kubu pro-persatuan. Tak mengherankan jika pemilu ini dianggap sebagai ”referendum” sesungguhnya.
Di kota Calafell, Joan Rafael Nunez Margalet (52) menjadi pemilih pertama yang memberikan suaranya. ”Kita harus memberikan suara hari ini. Jangan sampai berdiam di rumah,” kata Margalet yang pro-persatuan.
Parlemen Catalonia memiliki 165 kursi, tetapi tak satu pun dari enam partai—tiga partai pro-kemerdekaan dan tiga partai pro-persatuan—yang diprediksi bisa sekaligus merebut 68 kursi.
Pada pemilu 2015, aliansi partai-partai pro-kemerdekaan dengan nama Bersama Kita Ya mampu merebut 72 kursi dan menjadi mayoritas absolut. Kontrol di parlemen itulah yang mendorong Pemimpin Catalonia Carles Puigdemont melaksanakan referendum kemerdekaan pada 1 Oktober dan deklarasi kemerdekaan pada 27 Oktober.
Pada pemilu kali ini, partai-partai pro-kemerdekaan tidak lagi membentuk aliansi. Larinya Puigdemont ke Belgia telah mengakibatkan perpecahan di antara kubu pro-kemerdekaan.
Partai pimpinan Oriol Junqueras yang saat ini dipenjara, yaitu Esquerra Republicana de Catalunya (ERC), kemungkinan akan meraih suara terbanyak dari para pendukung pro-kemerdekaan.
Sementara sebagian besar pendukung persatuan dengan Spanyol diyakini akan memberikan suara kepada partai Ciudadanos pimpinan anggota parlemen Ines Arrimadas. Arrimadas, politisi yang sedang bersinar, dinilai merupakan calon kuat pengganti Puigdemont. Ia berjanji, jika terpilih sebagai pemimpin Catalonia, ia akan mengubur keinginan wilayah itu untuk merdeka.
Surat kabar El Pais memperkirakan, partai Podemos akan menjadi penentu. Partai ini tidak menyetujui kemerdekaan, tetapi menginginkan referendum legal bagi warga Catalonia untuk menentukan masa depannya. Jika Podemos mengambil sikap abstain, kemungkinan kubu pro-kemerdekaan akan menjadi mayoritas di parlemen.
”Pembentukan pemerintahan bakal berlarut-larut,” kata Antonio Barroso dari Teneo Intelligence.
Krisis politik di Catalonia telah mengakibatkan warganya terbelah. Persahabatan warga terpecah, hubungan antar-keluarga juga terputus. Warga Catalonia yang sebelumnya bersikap ambigu kini sudah mantap untuk berpihak.
Makin solid
Sejak pembubaran pemerintahan dan parlemen Catalonia, secara faktual mimpi kemerdekaan Catalonia sebetulnya semakin jauh. Namun, bagi para pendukungnya, komitmen mereka justru semakin solid.
Gabriel Brau (50), fotografer yang selama hidupnya tidak tertarik pada politik, misalnya, kali ini akan memberikan suaranya dan akan memilih partai pro-kemerdekaan. Pilihan itu, menurut dia, akibat kebrutalan pasukan keamanan nasional Spanyol sewaktu membubarkan referendum ilegal yang dilaksanakan pada Oktober lalu.
”Saya berpikir, bagaimana jika mereka melakukan hal itu kepada anak saya? Ini bukan demokrasi. Saya tak ingin orang-orang seperti itu memerintah negeri ini,” kata Brau.
Di kubu seberang, hal serupa juga terjadi. Warga Catalonia yang mendukung persatuan dengan Spanyol pada umumnya bersikap tak menonjolkan diri. Namun, ketika terjadi demonstrasi masif pro-persatuan di Barcelona yang jumlah pesertanya sama besar dengan demonstrasi pro-kemerdekaan, mereka tak ragu lagi untuk bersikap.
Cristina Calcao (51), misalnya, awalnya hanya diam saat tetangganya yang pro-kemerdekaan memukul-mukul panci untuk memprotes pemerintah. Ia kini langsung membuka jendela rumahnya dan meneriakkan ”hidup Spanyol” sambil memasang bendera Spanyol.