MANILA, SABTU — Sedikitnya 133 orang tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor di Filipina Selatan. Banjir bandang dan tanah longsor itu dipicu badai tropis Tembin yang melanda Filipina sejak Jumat (22/12).
Otoritas Filipina mengumumkan, jumlah korban terus bertambah. Hingga Sabtu (23/12), 133 orang dipastikan meninggal di beberapa kota di Pulau Mindanao, Filipina Selatan. Korban tewas dikhawatirkan terus bertambah karena masih banyak warga yang dilaporkan hilang.
Petugas dari badan penanggulangan bencana Filipina Ramona Marasigan mengatakan, pencarian terus dilakukan. Petugas juga masih memverifikasi laporan-laporan tentang korban.
Petugas, antara lain, mengevakuasi 36 jenazah dari Sungai Salog di Mindanao. Jenazah-jenazah itu diduga adalah korban dari daerah hulu Salog, seperti Salvador, Rando Salvacion, dan Sapad. Petugas di Salvador juga melaporkan telah mengevakuasi 17 jenazah di hulu Salog.
Di wilayah Zamboanga, Mindanao barat, puluhan warga tewas dan hilang setelah terjadi banjir bandang yang membawa lumpur dan batu. Salah satu daerah terdampak di wilayah Zamboanga adalah Sibuco.
Wali Kota Sibuco Bon Edding mengatakan, tim penyelamat masih mencari sedikitnya 30 orang di kampung nelayan Anungan. Sejauh ini, tim pencari sudah mengevakuasi lima jenazah dari sana.
"Banjir turun dari gunung dengan cepat, lalu menyapu orang dan rumah-rumah. Sedih sekali karena kejadian ini hanya beberapa hari menjelang Natal. Akan tetapi, kejadian ini di luar kendali kami," tutur Edding.
Ia menuding penebangan hutan di lereng gunung sekitar Anungan selama bertahun-tahun sebagai penyebab banjir bandang makin buruk. Karena itu, ia berjanji akan menghentikan penebangan hutan di sana.
Sementara banjir bandang di Lanao del Norte dilaporkan menghanyutkan sejumlah rumah. Kepolisian setempat mencatat ribuan penduduk desa terpaksa ditampung di berbagai tempat pengungsian. Pada saat yang sama, di bandara dan pelabuhan laut, ribuan warga tak bisa melanjutkan perjalanan karena pesawat dan kapal dilarang beroperasi untuk menghindari kecelakaan akibat cuaca buruk.
Sebelum ini, di Quezon, Pulau Luzon, Filipina Utara, feri antarpulau karam setelah dihantam angin kencang dan ombak tinggi. Sedikitnya lima orang tewas dan 250 orang lain diselamatkan dari kecelakaan itu.
Rata-rata 20 badai
Badai Tembin adalah salah satu dari sejumlah badai tropis yang kerap mematikan di Filipina. "Daerah terdampak paling parah berada di Provinsi Lanao del Norte dan Lanao del Sur," kata Marasigan.
Setiap tahun, Filipina rata-rata dilanda 20 badai. Rangkaian badai itu membuat Filipina menjadi salah satu negara paling rentan bencana di sekitar Samudra Pasifik. Filipina sering dihantam badai karena terletak di sabuk badai Pasifik.
Badai terburuk yang menerjang Filipina adalah topan Haiyan. Topan yang terjadi pada 2013 ini menewaskan sedikitnya 7.000 orang dan menyebabkan banyak warga lainnya hilang. Hingga akhir 2014, pencarian para korban belum tuntas.
Sebelum Tembin menerjang Filipina Selatan, ada badai lain melanda Filipina tengah. Akibatnya, 50 orang tewas dan 31 warga hilang. Badai yang juga memicu tanah longsor dan banjir ini merusak sedikitnya 10.000 rumah.
Badai Tembin, yang oleh warga setempat disebut badai Vinta, memicu angin berkecepatan 80 kilometer per jam. Badai diperkirakan bergerak dari Filipina Selatan menuju Vietnam melalui Laut China Selatan.
"Sedih sekali Vinta menerjang menjelang Natal. Pemerintah sudah mengirimkan paket makanan dan bantuan lain kepada para korban," kata Juru Bicara Kepresidenan Filipina Harry Roque Jr. (AP/AFP/RAZ)