Alexei Navalny berhasil melewati rintangan pertama, Minggu (24/12), ketika sekitar 15.000 orang memberikan tanda tangan persetujuan agar ia resmi menjadi kandidat independen presiden.
Aturan Rusia mewajibkan setiap kandidat independen memperoleh dukungan minimal 500 tanda tangan untuk setiap kota. Navalny berupaya untuk memperoleh dukungan di 20 kota di Rusia. ”Pemilu tanpa kehadiran kami bukanlah pemilu,” kata Navalny di Moskwa setelah menyerahkan surat pencalonannya kepada Komisi Pusat Pemilu.
Komisi memiliki waktu lima hari untuk menentukan apakah Navalny lolos seleksi atau tidak. Sebelumnya, Komisi Pemilu mengatakan, Navalny tidak bisa mencalonkan diri karena dikenai tuduhan kriminal. Tuduhan itu dinilai sebagai upaya politis untuk menjegal dirinya.
Navalny sudah beberapa kali dipenjara. Tahun ini saja ia tiga kali ditahan, masing-masing selama 15 hari, 25 hari, dan 20 hari, karena mengorganisasi demonstrasi anti-Putin yang tak memiliki izin. Seharusnya ia juga dihukum penjara kembali untuk aktivitasnya, tetapi hukuman itu ditangguhkan pengadilan.
Awal November lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan akan mencalonkan diri keempat kalinya. Itu artinya, Putin akan memperpanjang kekuasaannya sampai tahun 2024 dan menjadikannya sebagai presiden terlama dalam sejarah Rusia setelah diktator Joseph Stalin.
Dalam jumpa pers akhir tahun, Putin menyatakan, kubu oposisi harus memiliki program yang jelas dan positif. Ketika ditanya mengapa Navalny dilarang mencalonkan diri, Putin yang tidak pernah mau menyebut nama Navalny di publik mengatakan, ”Oposisi menginginkan kudeta.”
”Kita harus menghormati oposisi yang kapabel dan bertanggung jawab. Untuk menjadi oposisi seperti itu, tak cukup hanya memiliki keinginan untuk melawan pemerintah atau menuduh pemerintah melakukan kesalahan,” kata Putin.
Meskipun saat ini Rusia dirundung sejumlah masalah, antara lain korupsi, pelayanan kesehatan yang buruk, dan tingkat kemiskinan yang terus meningkat, sejumlah jajak pendapat menunjukkan, dukungan terhadap Putin mencapai sekitar 80 persen.
Perlawanan
Sosok Navalny dikenal publik ketika ia berhasil mengorganisasi demonstrasi besar anti-Putin yang mengguncang Rusia pada 2011-2012. Navalny, yang juga seorang pengacara, menuduh pemilu legislatif saat itu diwarnai banyak kecurangan.
Ketika popularitasnya mulai melambung, otoritas pun mulai menekan dirinya. Selain dipenjara karena mengadakan aksi protes, ia juga pernah menjalani tahanan rumah dan dituduh melakukan penipuan. Salah seorang saudara laki-lakinya kini dipenjara sebagai ”balasan” politis. Navalny bertarung pada pemilihan wali kota Moskwa tahun 2013 dan meraih 30 persen suara.
Pertemuan di hutan
Sekitar 800 pendukung Navalny berkumpul dalam sebuah tenda raksasa di Hutan Perak yang diselimuti salju, Minggu, untuk memberikan dukungan formal pencalonan dirinya. Mereka melakukan pertemuan di hutan karena tak ada gedung di Moskwa yang bisa disewa.
Pertemuan di alam terbuka juga terjadi di 19 kota lain di Rusia, dari Vladivostok sampai St Petersburg. Ratusan orang juga berkumpul di Alun-alun Moskwa, berdemonstrasi menuntut Navalny disahkan menjadi salah satu kandidat independen.
Polisi setempat telah mengancam akan membubarkan demonstrasi itu karena melanggar aturan. Salah satu peserta aksi adalah ahli biologi Svetlana Sorokina (41) yang khawatir akan ancaman polisi. ”Saya paham ini berbahaya. Tetapi, saya telah siap. Saya telah memberi tahu orangtua saya,” katanya.
Bagi Tatyana Komendant (65), soal apakah Navalny akan menjadi presiden atau tidak bukan hal utama. Yang terpenting adalah Kremlin secara adil membiarkan kandidat lain untuk berkompetisi. ”Siapa pun yang menjadi alternatif itu baik. Akan lebih baik jika seseorang menggantikan Putin,” ujar Komendant.