Pemerintah India, kemarin, mengecam Pakistan dalam penanganan kasus Kulbhushan Sudhir Jadhav, mantan personel AL India yang dituduh sebagai mata-mata oleh Pakistan. Jadhav yang ditahan pada Maret 2016 untuk pertama kalinya diizinkan ditemui oleh istri dan ibunya, Selasa (26/12).
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Raveesh Kumar, mengatakan, keluarga Jadhav telah diperlakukan dengan tidak patut. Disebutkan, kedua perempuan itu diminta untuk menukar pakaian, mencopot semua perhiasan yang dipakai, dan menghapus titik merah di kening yang umum dikenakan para penganut Hindu. Ibu Jadhav juga tidak diperkenankan untuk berbicara dalam bahasa Marathi.
Pada pertemuan itu, berdasarkan foto yang dirilis Pemerintah Pakistan, ibu dan istri Jadhav berbicara dari balik kaca. Kumar juga mengatakan, kedua perempuan itu telah dilecehkan.
”Para wartawan Pakistan dibiarkan untuk mendekati keluarga Jadhav dari dekat dan dibiarkan mengeluarkan kata-kata kasar kepada mereka,” ungkap Kumar.
Jadhav ditahan pada Maret 2016 di Provinsi Baluchistan, Pakistan, yang dikenal sebagai wilayah konflik antara pasukan keamanan dan kelompok separatis. Jadhav dituduh masuk ke Pakistan dari Iran. Dalam pengadilan militer, Jadhav dinyatakan bersalah telah melakukan aksi mata-mata dan sabotase serta dijatuhi hukuman mati.
India kemudian membawa kasus ini ke Pengadilan Internasional (ICJ) yang kemudian memerintahkan penangguhan eksekusi. India berkeras bahwa Jadhav tidak bersalah.
Otoritas Pakistan, kemarin, menyatakan Jadhav telah mengaku dirinya ditugaskan oleh badan intelijen India untuk merencanakan dan mengoordinasi spionase serta sabotase di Baluchistan. Tujuannya, menciptakan kondisi tidak stabil dan memicu perang dengan Pakistan.
Namun, Kumar menyebutkan, selama pertemuan, Jadhav terlihat stres dan di bawah ancaman. ”Pernyataannya jelas hasil pengarahan untuk memperkuat narasi palsu yang dituduhkan kepadanya. Dari penampilannya, patut dipertanyakan kondisi kesehatan dan mentalnya,” kata Kumar.
Saling tembak
Relasi kedua negara kian memanas setelah Pakistan, kemarin, mengumumkan, pasukan India telah menewaskan tiga tentara mereka di garis demarkasi di wilayah Kashmir. Menurut Pakistan, terjadi pelanggaran gencatan senjata di Rawalkot, wilayah Kashmir yang dikontrol Pakistan.
Insiden terjadi dua hari setelah India melayangkan protes kepada Pakistan bahwa empat tentaranya tewas akibat tembakan serdadu Pakistan di wilayah perbatasan.
Selasa lalu, otoritas Pakistan memanggil diplomat India untuk menyampaikan protes atas tewasnya tentara Pakistan.
Awalnya, militer Pakistan mengatakan, tiga tentara mereka tewas oleh tembakan tentara India. Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan, Mohammad Faisal, kemudian mengatakan, penembakan yang dilakukan pihak India itu untuk menutupi seseorang yang melakukan peledakan dan menewaskan tentara Pakistan.