SANA’A, KAMIS — Sedikitnya 68 warga sipil Yaman tewas dalam dua serangan udara terpisah pimpinan koalisi Arab Saudi. Koordinator Misi Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Yaman Jamie McGoldrick, Kamis (28/12), mengatakan, serangan pertama terjadi pada Selasa lalu di sebuah pasar di Provinsi Taez dan serangan kedua terjadi di Provinsi Hodeida. Serangan pertama menewaskan 54 warga sipil dan serangan kedua menewaskan 14 orang.
”Saya sangat terganggu dengan meningkatnya korban sipil yang disebabkan oleh serangan yang meningkat dan tanpa pandang bulu di seluruh Yaman,” kata McGoldrick.
Selain korban dari dua serangan udara pada hari Selasa, McGoldrick menyebutkan, 41 warga sipil lain terbunuh dan 43 orang cedera dalam 10 hari terakhir. Koalisi Arab mengintensifkan serangan udara yang menargetkan sejumlah posisi pemberontak Houthi pasca-serangan rudal ke Riyadh, 19 Desember lalu.
Rudal yang ditembakkan oleh Houthi itu berhasil dicegat oleh rudal pertahanan udara Arab Saudi.
Hukum humaniter
Namun, bagi McGoldrick, serangan atas warga sipil tidak dapat dibenarkan. ”Insiden ini membuktikan ketidakpedulian total terhadap kehidupan manusia, termasuk oleh koalisi pimpinan Saudi,” katanya.
Serangan atas warga sipil tidak dapat dibenarkan. Insiden ini membuktikan ketidakpedulian total terhadap kehidupan manusia, termasuk oleh koalisi pimpinan Saudi.
Serangan brutal yang tidak pandang bulu, menurut dia, akan menyebabkan kehancuran dan penderitaan bagi rakyat. Warga sipil seolah mendapat hukuman dari kampanye militer sia-sia yang digelar oleh kedua belah pihak, baik Houthi maupun koalisi.
”Saya mengingatkan semua pihak dalam konflik tersebut, termasuk koalisi pimpinan Saudi, tentang kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter internasional untuk membebaskan masyarakat sipil dan infrastruktur sipil dan untuk selalu membedakan antara benda sipil dan militer,” kata McGoldrick.
Menurut hukum humaniter internasional, pihak yang berperang harus menghindari menyerang sasaran sipil, baik warga sipil maupun infrastruktur sipil. PBB tidak memiliki perkiraan jumlah korban tewas di Yaman. Namun, lembaga itu mencatat, konflik di Yaman menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Setidaknya 8 juta warga Yaman berada dalam kondisi kelaparan dan 1 juta orang di antaranya terinfeksi kolera.
Beberapa waktu lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mendesak Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud untuk mencabut blokade terhadap Yaman sehingga bantuan kemanusiaan dapat dikirim. Bagi Perancis, tidak ada solusi militer untuk konflik di Yaman. Macron pun mendorong kedua pihak untuk maju ke meja perundingan.