MILAN, JUMAT — Pemerintah Italia menetapkan pemilihan umum legislatif pada 4 Maret 2018 dengan prediksi akan terjadi parlemen menggantung karena tak ada partai ataupun aliansi partai yang diperkirakan bisa menjadi mayoritas.
Perdana Menteri Italia Paolo Gentiloni menetapkan tanggal pemilihan itu setelah Presiden Sergio Mattarella membubarkan parlemen Italia (majelis rendah dan Senat).
Sejumlah jajak pendapat mengindikasikan, tak ada partai yang akan menguasai kursi mayoritas di parlemen. Terkait itu, Gentiloni meyakinkan bahwa dirinya akan tetap memegang jabatannya sampai pemerintahan baru terbentuk.
Saat ini, kubu tengah-kanan yang merupakan aliansi Liga Utara pimpinan Matteo Salvini dengan Forza Italia pimpinan Silvio Berlusconi (81) diperkirakan akan meraih kursi terbanyak. Namun, Berlusconi tak akan bisa menjadi PM karena kasus penggelapan pajak. Salvini diperkirakan akan menjadi PM jika partainya menempati posisi teratas.
Aliansi ini sangat keras menentang imigran dan juga anti- euro. Forza Italia diperkirakan meraih 16 persen, Liga Utara 13 persen, dan Persaudaraan Italia 5 persen. Total aliansi ini diprediksi meraih 34 persen suara.
Partai pemerintah, Partai Demokratik (PD), yang merupakan partai dari Gentiloni dan mantan PM Matteo Renzi, diperkirakan hanya akan meraih 25 persen suara. Anjloknya popularitas partai utama ini mendorong partai ekstrem kanan Gerakan Bintang 5 melejit popularitasnya dan diperkirakan akan meraih sekitar 23 persen suara.
Analis politik Wolfango Piccoli mengatakan, kemungkinan besar pemilu mendatang akan menghasilkan parlemen menggantung. Negosiasi untuk membentuk pemerintahan akan berlangsung panjang. ”Hasilnya kemungkinan koalisi beberapa partai dengan kesepakatan tambal sulam. Artinya, gagasan reformasi akan sulit dilakukan,” kata Piccoli.
Kesuksesan
PM Gentiloni menyebutkan, keberhasilan PD untuk menjalankan pemerintahan selama lima tahun penuh merupakan kesuksesan meski sepanjang lima tahun itu terjadi tiga kali pergantian perdana menteri.
Pada Pemilu 2013, koalisi pimpinan Demokrat meraih 29,55 persen, hanya selisih sangat tipis dengan kubu tengah-kanan yang meraih 29,18 persen suara. Enrico Letta yang menjadi PM Italia hanya bertahan 10 bulan dan digantikan Matteo Renzi. Namun, Desember 2016, Renzi terpaksa mundur karena referendum konstitusi yang diusulkannya gagal. Renzi kemudian memilih Gentiloni yang saat itu menjadi menlu untuk menggantikannya.
Di akhir pemerintahan Gentiloni, pertumbuhan ekonomi di Italia berhasil mencapai 1,5 persen. Meski demikian, Italia merupakan negara di zona euro dengan utang publik terbesar setelah Yunani. Italia juga memegang rekor dalam tingkat pengangguran.
Dukungan bagi Partai Demokratik turun akibat skandal bank dan perpecahan di internal partai. Meski begitu, Gentiloni meminta agar Partai Demokratik menentang gagasan populisme dan berkampanye dengan sehat sebagai ”partai pemerintah yang tenang”.
Jika setelah pemilu partai pemenang gagal membentuk pemerintahan, Presiden Sergio Mattarella akan menjadi tokoh penentu. (AP/REUTERS/MYR)