RAMALLAH, RABU — Para pejabat Palestina tidak gentar dengan ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang akan memotong bantuan negaranya ke Palestina. Mereka menyebut ancaman itu sebagai pemerasan.
Trump mengumumkan ancamannya lewat Twitter pada Selasa (2/1) malam waktu Washington, AS, atau Rabu pagi WIB. ”Kami membayar kepada Palestina RATUSAN JUTA DOLLAR setiap tahun dan tidak mendapatkan apresiasi atau hormat,” tulis Trump dalam akun Twitter-nya.
”Mereka bahkan tidak mau menegosiasikan perundingan damai yang lama ditunggu-tunggu dengan Israel... Karena Palestina tidak mau merundingkan perdamaian, kenapa kami harus terus memberikan uang banyak ini kepada mereka di masa depan?” lanjut Trump.
AS merupakan salah satu donor besar Otoritas Palestina melalui berbagai jalur, termasuk program-program PBB di Tepi Barat dan Gaza. Sebuah laporan yang dibuat untuk Kongres AS pada Desember 2016 menyebutkan, bantuan ekonomi AS ke Tepi Barat dan Jalur Gaza setiap tahun sejak 2008 rata-rata 400 juta dollar AS. Dalam APBN AS 2018, direncanakan bantuan 220 juta dollar AS untuk Palestina.
Menanggapi kicauan Trump di Twitter yang berisi ancaman kepada Palestina itu, Juru Bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeina, menyatakan, ”Jerusalem adalah ibu kota abadi negara Palestina, dan tidak dijual, baik dengan emas maupun miliaran (dollar).”
Hubungan antara Palestina dan Gedung Putih menegang sejak Trump mengumumkan pengakuan Jerusalem sebagai ibu kota Israel, 6 Desember lalu. Akibat pengakuan itu, Abbas menyatakan AS kini tidak lagi memainkan peran apa pun dalam proses perdamaian Palestina-Israel.
”Kami tidak menolak berunding lagi. Akan tetapi, perundingan ini harus berdasarkan hukum internasional dan resolusi (PBB) yang mengakui negara Palestina merdeka dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kota,” kata Rudeina.
”Jika AS serius dengan perdamaian dan kepentingan-kepentingannya, mereka harus patuh (pada aturan-aturan itu).”
Pejabat senior Palestina, Hanan Ashrawi, melalui pernyataan menegaskan, ”Kami tidak akan bisa diperas. Presiden Trump telah menyabotase upaya kami mencari perdamaian, kebebasan, dan keadilan. Kini ia berani menyalahkan Palestina atas konsekuensi dari langkah-langkahnya yang tak bertanggung jawab.”
Sejak awal menjabat, Trump berusaha memaksa Palestina kembali ke meja perundingan. Israel dan Palestina berhenti merundingkan perdamaian sejak 2014. Puncak paksaannya, untuk saat ini, adalah memotong bantuan kepada Palestina.
Wakil Tetap AS di PBB Nikki Haley juga mengumumkan soal pemotongan itu. Ia menyatakan Trump tak mau lagi memberikan uang sampai Palestina mau kembali berunding.
Juru Bicara Badan Bantuan Sosial dan Pekerja PBB (UNRWA) untuk pengungsi Palestina Chris Gunnes mengatakan, sampai sekarang belum ada informasi apa pun soal perubahan pendanaan kepada UNRWA. UNRWA melayani pengungsi Palestina di Tepi Barat, Gaza, Jordania, Lebanon, dan Suriah. Dengan dana dari berbagai donor, UNRWA menyediakan pendidikan hingga layanan kesehatan bagi hampir 6 juta pengungsi Palestina.
(AP/AFP/REUTERS/RAZ/SAM)