”Pemberontakan” Generasi Y di Iran
Lanskap sosial, politik, dan demografi di Iran saat ini memasuki era baru. Era ini ditandai revolusi teknologi informasi dan kemunculan generasi baru warga usia 17-37 tahun yang mencapai hampir 50 persen dari total warga Iran. Kelompok usia merekalah yang ”memberontak” melalui unjuk rasa sejak 28 Desember lalu. Iran perlu melakukan penafsiran ulang revolusi 1979.
Bahkan, sebagian dari pengunjuk rasa itu berani meneriakkan yel-yel ”hidup monarki”. Secara tidak langsung ada elemen dari pengunjuk rasa antipemerintah yang merindukan kembali era monarki di Iran.
Ini sebuah perkembangan luar biasa di Iran saat ini. Namun, perubahan drastis itu sesungguhnya menunjukkan adanya rangkaian problem struktural yang mengendap di negara tersebut. Hal itu sebenarnya lumrah terjadi di negeri dengan pijakan ideologi politik, yakni sistem Velayat-e Fakih, yang berusia 39 tahun sejak revolusi tahun 1979.
Rentang waktu 39 tahun merupakan masa yang cukup lama bagi sebuah ideologi politik di tengah perubahan dunia yang dahsyat di berbagai bidang, terutama terkait teknologi digital terakhir ini. Pakar teknologi menyebut kini adalah era 4G yang serba cepat.
Era 4G telah menyebabkan perubahan luar biasa dalam perilaku masyarakat di semua sektor kehidupan, yakni sosial, politik, ekonomi, hingga keamanan di muka bumi ini, termasuk di Iran.
Unjuk rasa di Iran—yang bermula dari kota Mashhad (sekitar 738 kilometer timur laut Teheran) dengan mengusung isu keterpurukan ekonomi dan segera menjalar ke puluhan kota lainnya dengan mengangkat isu politik seperti turunkan Ali Khamenei— adalah refleksi perubahan perilaku masyarakat Iran akibat dampak era 4G itu.
Revolusi baru
Pada era 4G, tidak dikenal lagi sekat-sekat karena dunia semakin kecil akibat revolusi teknologi informasi dan komunikasi dengan perangkat teknologi telepon pintar (smart phone). Kini, diperkirakan ada 48 juta warga Iran dari keseluruhan penduduk 81 juta jiwa yang memiliki telepon pintar.
Pengguna aplikasi pengelola pesan Telegram di Iran berjumlah jutaan orang. Dengan aplikasi itu, pengunjuk rasa mengorganisasi aksi-aksi protes, membagi video dan foto-foto yang diambil dengan telepon pintar. Untuk mencegah eskalasi unjuk rasa, Pemerintah Iran memblokir aplikasi itu.
Sudah bisa dipastikan generasi yang akrab dengan teknologi informasi tersebut adalah generasi milenial atau generasi Y yang lahir antara tahun 1980 dan 2000 atau warga berusia 17 hingga 37 tahun. Menurut data statistik Iran tahun 2011, generasi Y di negara itu mencapai 48,22 persen. Jika digabung dengan generasi Z, yakni generasi pasca-Y, jumlahnya mencapai 71 persen dari seluruh penduduk Iran.
Artinya, mayoritas penduduk Iran saat ini adalah lahir pascarevolusi 1979. Mereka mengenal revolusi 1979 dan pemimpinnya, Ayatollah Imam Khomeini, hanya dari bukubuku sejarah. Maka, wajar jika perubahan struktur penduduk Iran yang kini didominasi generasi Y dan Z menyebabkan terjadinya pergeseran dalam gaya dan aspirasi hidup, baik budaya, ekonomi, maupun politik.
Wajar pula jika tingkat dan model loyalitas generasi Y dan Z di Iran terhadap revolusi 1979 berbeda jauh dengan generasi yang mengalami langsung revolusi tersebut.
Para pengunjuk rasa anti-pemerintah di Iran terakhir ini dilakukan generasi Y tersebut. Pengangguran dari generasi Y di Iran dilaporkan mencapai 40 persen. Pihak yang paling menderita akibat harga komoditas yang membubung tinggi, termasuk harga telur dan roti, adalah generasi Y.
Kue ekonomi yang masih dimonopoli elite politik, kaum Bazari (pengusaha menengah) dan Garda Revolusi, menyebabkan ketimpangan. Generasi Y adalah korban terbesar dari ketimpangan ekonomi itu.
Adapun rakyat Iran, seperti dilansir BBC Persia, menjadi lebih miskin dalam arti yang sebenarnya. Akibat melonjaknya harga kebutuhan pokok sekitar 40 persen tahun lalu, mereka tak mampu membeli makanan. Konsumsi roti, susu, dan daging merah di keluarga-keluarga Iran merosot 30-50 persen dalam 10 tahun terakhir.
Reinterpretasi revolusi
Bagi para elite Iran, kini tidak ada pilihan lain kecuali melakukan pembaruan atau penafsiran ulang terhadap visi revolusi 1979 dengan ideologi politiknya, Velayat-e Fakih, dalam menghadapi perubahan struktur penduduk Iran saat ini. Jika para elite Iran tidak segera melakukan perubahan terhadap visi revolusi 1979 yang sesuai dengan aspirasi generasi Y negara itu, cepat atau lambat kapal revolusi Iran 1979 akan tenggelam atau terbakar dari dalam.
Arab Saudi, yang juga dikenal negara tertutup, kini ternyata berani melakukan terobosan dengan melakukan pembaruan terhadap visi ideologi politik Wahabisme melalui gerakan reformasi besar-besaran di bidang budaya dan ekonomi. Apa yang terjadi di Arab Saudi saat ini merupakan antisipasi mereka menghadapi aspirasi generasi Y dan Z di negara itu.
Jika tidak melakukan terobosan, Arab Saudi akan ambruk menghadapi masa transisi peralihan kekuasaan dari generasi kedua ke generasi ketiga Dinasti Ibn Saud. Generasi ketiga Ibn Saudi adalah generasi Y.
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman—atau populer dengan julukan inisialnya, MBS—yang memimpin perubahan di negaranya saat ini baru berusia 32 tahun atau dari generasi Y (kelahiran 31 Agustus 1985).
Model visi ideologi politik Wahabi zaman old hanya cocok pada era generasi pertama dan kedua Ibn Saud. Namun, pada era generasi ketiga Ibn Saud, negara itu butuh visi ideologi politik Wahabi zaman now.
Begitu juga dengan Iran. Negeri ini pun butuh figur tokoh seperti MBS, yakni berani mengusung ideologi politik Velayat-e Fakih zaman now dengan gebrakan reformasi dibidang budaya, ekonomi, dan politik.
Presiden Rouhani yang berasal dari kubu moderat sesungguhnya ingin melakukan perubahan besar di Iran, terutama di sektor ekonomi. Tim ekonomi kabinet Rouhani pada periode kedua ini (2017-2021) berasal dari para penganut ekonomi progresif.
Sebagian anggota tim ekonomi Rouhani yang terdiri atas 12 ahli dikenal sebagai ekonom liberal. Penasihat utama ekonomi Rouhani adalah Masoud Nili, alumnus Universitas Manchester, Inggris. Deputi Presiden Iran Urusan Ekonomi Mohammad Nahavandian adalah alumnus Universitas George Washington, Amerika Serikat.
Prestasi ekonomi Rouhani sebenarnya tidak terlalu buruk. Rouhani pada Juni 2016 untuk pertama kalinya berhasil menahan laju inflasi hingga kurang dari 10 persen. Namun, kemajuan ekonomi Rouhani tidak secepat yang diharapkan generasi Y karena terbentur dengan kepentingan ekonomi kubu konservatif dan Garda Revolusi.
Meski aspirasi para pengunjuk rasa antipemerintah di Iran dari generasi Y itu gagal terwujud saat ini karena terbentur sikap keras kubu konservatif dan Garda Revolusi, Iran cepat atau lambat akan berubah. Iran butuh waktu 5 hingga 10 tahun lagi untuk mengalami perubahan sesuai dengan pergantian generasi di negara itu.