Tentang Perubahan
Dua peristiwa menarik mewarnai peralihan tahun 2017 ke 2018. Menjelang 2017 berakhir, demonstrasi berlangsung di sejumlah kota di Iran. Dilaporkan, 21 orang tewas dalam unjuk rasa itu dan ada ratusan warga yang ditangkap.
Selain menuntut perbaikan ekonomi, ada sejumlah pengunjuk rasa yang dilaporkan berani meneriakkan agar Pemimpin Tertinggi Iran mundur. Ada pula sebagian dari mereka yang ”melanggar tabu”, yakni mengelukan-elukan monarki Iran.
Negara tersebut berubah dari monarki menjadi republik teokrasi pada tahun 1979. Perubahan terjadi melalui revolusi yang dipimpin oleh Ayatollah Khomeini.
Angka pengangguran yang tinggi di kalangan kaum muda Iran saat ini dan kenaikan harga barang-barang disebut sebagai pendorong demonstrasi. Intinya, ada ketidakpuasan cukup luas di kalangan rakyat. Namun, siapa pun paham, dalam situasi tersebut, akan ada kekuatan politik yang berusaha memanfaatkannya. Kekuatan politik ini bisa terdiri dari siapa saja, termasuk lawan politik presiden sekarang.
Peristiwa menarik lainnya yang mewarnai peralihan tahun adalah penahanan 11 pangeran Arab Saudi saat tahun 2018 baru satu minggu berjalan. Mereka ditahan karena ngotot ”melancarkan protes”, meminta pemerintah mencabut keputusan penghentian subsidi air dan listrik. Intinya, mereka mengecam kebijakan penghematan yang diterapkan oleh pemerintah.
Dua peristiwa menarik itu menunjukkan bahwa Arab Saudi dan Iran sama-sama sedang menghadapi tekanan dari dalam negeri. Kegagalan mereka mengelola dinamika tersebut dapat berujung pada kehancuran negara.
Putra Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman, yang mendapat mandat besar dari Raja Salman, tengah bersusah payah membuat negara itu tidak tergantung lagi dari minyak bumi. Anjloknya harga minyak pada akhir 2014 membuat penghasilan yang diterima negara berkurang. Defisit dialami oleh Pemerintah Arab Saudi.
Upaya menciptakan sumber pendapatan baru tentu tidak mudah dilakukan karena sudah sekian lama rakyat Arab Saudi dimanjakan oleh minyak. Usaha diversifikasi tersebut, antara lain, ditempuh dengan mengembangkan proyek ”kawasan khusus” yang nanti diisi oleh perusahaan-perusahaan asing. Berbagai kemudahan ditawarkan di kawasan ini oleh pemerintah. Saudi sekarang juga memangkas berbagai subsidi dan menerapkan pajak. Di titik inilah muncul protes.
Tantangan yang dihadapi Pangeran bin Salman memang sangat berat karena ia harus berhasil mentransformasikan negaranya menjadi tak lagi bergantung pada minyak. Jika ia gagal, bukan tak mungkin terjadi konflik domestik. Arab Saudi bisa berubah menjadi sumber kekacauan baru di Timur Tengah.
Adapun Iran sedang menghadapi perubahan sosial kemasyarakatan. Kelompok muda yang semakin besar, ditambah dengan kehadiran media sosial, membuat tuntutan keadilan dan transparansi menghebat. Sebagaimana ditunjukkan Musim Semi Arab 2011, apa yang terjadi di Iran dapat dibaca sebagai gejala meningkatnya hasrat masyarakat terhadap pemerintahan yang lebih demokratis. Cara Pemerintah Iran merespons tuntutan masyarakatnya sangat menentukan masa depan negara itu. Terus-terusan bersikap keras akan berdampak tidak positif.
Apa yang dialami Iran dan Arab Saudi menunjukkan negara harus selalu siap menghadapi perubahan. Kegagapan menghadapinya berujung fatal. Maka, sungguh menarik mencermati perkembangan Saudi dan Iran pada waktu-waktu mendatang. Banyak hal yang bisa dipetik sebagai pelajaran.
(A Tomy Trinugroho)