Perlawanan Sengit Pangeran Alwaleed
Nasib atau solusi akhir atas status sang pangeran yang menduduki urutan ke-45 orang terkaya di dunia versi majalah Forbes itu bisa menjadi salah satu barometer masa depan Visi Arab Saudi 2030. Inilah sebenarnya yang kini merepotkan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS).
MBS dan otoritas Arab Saudi cukup terkejut ketika Alwaleed pada awal Desember lalu, seperti dilansir Wall Street Journal, menolak keras tawaran kompromi membayar 6 miliar dollar AS (Rp 80,2 triliun) dengan imbalan pembebasan dari tahanan. Bahkan, menurut situs Bloomberg, Alwaleed menolak membayar sepersen pun dan membantah mendapat kekayaan dari korupsi. Ia pun bersikeras ingin menunjuk pengacara dan memilih diseret ke pengadilan yang fair.
Dalam wawancara dengan The New York Times, MBS mengungkapkan, ingin mendapat dana 100 miliar dollar AS dari hasil kompromi dengan para pangeran yang ditangkap, awal November lalu. Ternyata Alwaleed tidak seperti saudara sepupunya, Pangeran Miteb bin Abdullah, yang dengan mudah mau membayar 1 miliar dollar AS (Rp 13,3 triliun) dengan imbalan pembebasan dirinya pada akhir November lalu.
Perbedaan latar belakang karier antara Alwaleed dan Miteb menghasilkan sikap yang jauh berbeda pula. Alwaleed, sebagai pengusaha murni dengan kaliber internasional, merasa punya tanggung jawab menjaga citra dan reputasi demi masa depan jaringan bisnisnya. Itulah yang mendorong Alwaleed akan melakukan perlawanan sengit terhadap MBS yang ingin mendapat sekitar 30 persen kekayaan sang pangeran kaya tersebut.
Hal itu berbeda dengan Miteb dengan latar belakang karier pejabat negara dan militer yang memang rentan korupsi karena mengontrol anggaran pendapatan dan belanja negara.
Isu Alwaleed kini buntu. MBS dan otoritas Arab Saudi seperti kehilangan inisiatif menghadapi Alwaleed sejak pangeran kaya ini menolak kompromi. Bagi MBS, saat ini tak ada pilihan kecuali segera menyeret Alwaleed ke pengadilan untuk membuktikan siapa yang benar di antara dua pangeran itu.
Jika status Alwaleed dibiarkan berlarut-larut tanpa solusi hukum yang jelas, akan muncul berbagai spekulasi dan penafsiran yang hanya memperburuk citra MBS dan otoritas Arab Saudi. Bahkan, bisa menjadi sumber instabilitas di kalangan keluarga besar Ibn Saud yang berkuasa di Arab Saudi dalam bentuk semakin kuatnya kubu anti-MBS di keluarga besar itu.
Berita yang berkembang atas penangkapan 11 pangeran yang berunjuk rasa di depan Istana Qasr al-Hokm, Sabtu (6/1), tidak hanya karena mereka protes atas keputusan penghentian subsidi pembayaran tagihan listrik dan air terhadap mereka. Akan tetapi, lebih jauh aksi itu bentuk protes atas penahanan puluhan pangeran yang tak kunjung jelas nasib mereka.
Aspirasi ke-11 pangeran yang ditangkap tersebut disampaikan Ketua Persatuan Olahraga Laut Arab Saudi Pangeran Abdullah bin Saud. Abdullah diberitakan telah dipecat dari jabatannya dan ditahan karena menyampaikan ke publik bahwa faktor penyebab 11 pangeran berunjuk rasa di depan Istana Qasr al-Hokm itu berbeda dengan versi pemerintah. Pangeran Talal bin Abdulaziz, ayah Pangeran Alwaleed, diberitakan mogok makan sebagai protes atas penahanan putranya.
(Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir)