Tentara Myanmar atau Tatmadaw mengumumkan secara resmi pada Rabu (10/1) tentang adanya penyelidikan internal. Dalam penyelidikan itu, dinyatakan empat anggota militer Myanmar terlibat dalam pembunuhan 10 orang yang ditangkap karena dituduh sebagai militan.
Pembunuhan itu terjadi di Desa Inn Din pada 2 September 2017. Menurut hasil laporan itu, pembunuhan tersebut tidak pernah dilaporkan kepada atasan keempat tentara tersebut.
Pengakuan itu tak pernah terjadi sebelumnya. Bahkan, Myanmar terus-menerus menyangkal ada kejahatan dan kekejaman terhadap orang Rohingya.
”Pengakuan mengerikan ini adalah awal membuka kebijakan penyangkalan tentara terhadap kesalahan apa pun,” ujar Direktur Amnesty Internasional kawasan Asia Tenggara James Gomez.
Ia mendesak ada penyelidikan independen terhadap tuduhan kejahatan lain. Menurut Gomez, kasus Inn Din hanyalah puncak dari gunung es.
Sementara sejumlah pemantau menyatakan, langkah Tatmadaw itu adalah cara untuk mengendalikan cerita setelah beredar isu pembunuhan di Inn Din dan daerah sekitarnya. Pengakuan itu disampaikan bersamaan dengan pengumuman tuduhan terhadap dua wartawan Reuters yang ditangkap aparat Myanmar, beberapa waktu lalu. Secara resmi, mereka dituding melanggar aturan kerahasiaan negara.
Saat ditangkap, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo tengah meliput dugaan pembunuhan dan kekejaman aparat Myanmar terhadap orang Rohingya. Tidak disebutkan apakah mereka juga mengumpulkan data soal dugaan keberadaan kuburan massal di Inn Din.
”Pengakuan itu menunjukkan tentara bertanggung jawab pada kekejaman massal,” kata pegiat Fortify Rights,, Matthew Smith.
Sementara peneliti Tampadipa Institute, Khin Zaw Win, menduga tentara tidak punya pilihan lain selain membersihkan tuduhan itu. ”Pengungkapan itu dapat berakibat buruk pada mereka. Bisa jadi ada sanksi untuk jenderal-jenderal lain,” ujarnya
Pada Desember 2017, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada Jenderal Maung Maung Soe yang diketahui menjadi komandan di Negara Bagian Rakhine. Sanksi itu mengguncang jajaran tinggi tentara Myanmar. (AFP/RAZ)