Trump akhirnya menandatangani penundaan sanksi terhadap Iran yang setiap 120 hari harus diperbarui masa berlakunya. ”Ini (tanda tangan) yang terakhir kalinya,” ujarnya.
Sebelumnya, Trump mengancam akan keluar dari Kesepakatan Nuklir Iran. Ia menyebutnya sebagai kesepakatan terburuk yang dilakukan oleh Pemerintah AS.
Kesepakatan Nuklir Iran tercapai pada 2015 setelah melalui perundingan alot yang melibatkan AS, Inggris, Perancis, Jerman, China, dan Rusia. Dalam kesepakatan itu, sanksi internasional terhadap Iran dicabut dan sebagai timbal balik Iran membatasi program nuklirnya.
Secara berkala, pengawas dari PBB akan memeriksa apakah Iran tunduk pada aturan yang disepakati. Sejauh ini, pengawas PBB telah memberikan sertifikasi sebanyak sembilan kali yang menyatakan bahwa Iran tunduk pada kesepakatan. Sertifikasi terakhir kali diberikan pada November 2017.
Namun, Trump menyatakan, kesepakatan itu terlalu banyak kekeliruannya. Ia juga menganggap Presiden Barack Obama terlalu banyak memberikan kelonggaran kepada Iran dan tidak memaksa negara itu untuk menghentikan seluruh program rudal balistiknya.
Kesepakatan baru
Dalam pernyataannya, Trump menegaskan, meskipun AS tidak menarik diri dari Kesepakatan Nuklir Iran, ia mengusulkan dua kemungkinan di masa depan, yaitu memperbaiki semua kekeliruan pada kesepakatan 2015 atau AS keluar dari kesepakatan.
Trump menginginkan kesepakatan baru yang dibuat berdasarkan undang-undang AS dan melibatkan Inggris, Perancis, dan Jerman, tanpa melibatkan Iran. Undang-undang itu akan menerapkan kontrol yang lebih keras terhadap Iran. Jika tidak dipenuhi, sanksi ekonomi akan dijatuhkan kembali kepada Iran.
”Ketentuan itu tidak ada masa berlakunya. Kebijakan saya adalah menolak Iran mengembangkan senjata nuklir apa pun, bukan hanya untuk 10 tahun, tetapi selamanya,” ucap Trump.
Menanggapi pernyataan Trump, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menulis status di Twitter, keputusan Trump itu sengaja untuk mengacaukan kesepakatan multilateral yang solid. ”Iran tidak akan menerima perubahan apa pun terhadap kesepakatan itu, baik sekarang maupun di masa depan,” paparnya.
Moskwa juga kemarin menyatakan, sikap AS yang ingin menarik diri dari Kesepakatan Nuklir Iran adalah kesalahan besar. ”Hal ini adalah kesalahan perhitungan terbesar dalam kebijakan luar negeri AS,” ujar Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov.
Daftar hitam
Departemen Keuangan AS kemarin mengumumkan daftar hitam yang terdiri atas 14 entitas dan orang, termasuk di antaranya pemimpin lembaga peradilan Iran, Sadeq Amoli Larijani. Warga Amerika dilarang berbisnis dengan nama-nama yang masuk daftar hitam itu. Sadeq Larijani merupakan saudara mantan juru runding nuklir Iran, Ali Larijani.
Sadeq Larijani dianggap bertanggung jawab terhadap penangkapan demonstran dalam serangkaian aksi protes di Iran dua pekan terakhir.