Skandal politik, kontroversi, dan polarisasi mewarnai hampir setahun pemerintahan Presiden Donald Trump. Pada 20 Januari ini, pemerintahannya akan genap setahun sejak dia dilantik pada tanggal itu tahun lalu. Dari hari ke hari selama setahun ini, Trump selalu saja menjadi sorotan. Dunia kadang terpesona, bahkan sering terperanjat, dengan apa yang dilakukan atau dia sampaikan.
”Retorika Donald Trump tidak sama dengan presiden mana pun dalam masa kepresidenan modern,” kata Richard Vatz, seorang profesor di Towson University, AS. Yang menarik, profesor yang memfokuskan diri pada komunikasi kepresidenan ini mengatakan, ”Dia sering berkomunikasi dan, dibandingkan dengan presiden mana pun di era ini, kurang memperhatikan konsistensi dan konsekuensi dari bahasanya.”
Ketika orang meragukan kewarasannya dan kestabilan jiwanya, Trump tanpa ragu membela diri dengan mengatakan dirinya sebagai ”orang jenius yang stabil”. Para pendukung setianya senang dengan gaya Trump yang tak masuk akal ini, sementara mereka yang menentang selalu dibuat marah dengan pernyataan-pernyataannya yang tak lazim.
Trump sangat ringan tangan menulis di akun Twitternya dan sering kali menimbulkan kemarahan sampai ke ujung dunia. Beberapa hari lalu, misalnya, saat dia menyebut kata tidak pantas terkait imigran, protes langsung mengalir dari Haiti, El Salvador, Sudan, dan Afrika Selatan yang tersinggung negara mereka dihina. Bahkan, media-media dari beberapa negara tak sampai hati menerjemahkan kata jorok itu dan menggantinya dengan versi lain.
Untuk satu kata itu saja, berhari-hari orang masih membicarakannya. Trump memang senang membicarakan ”peringkat” atau peliputan media untuk dirinya meski dia terus-menerus menyerang media arus utama sebagai ”berita palsu”.
Dipertanyakan
Mantan negosiator AS untuk Timur Tengah, Aaron David Miller, mengatakan, kesenjangan antara kata-kata Trump dan realitas dilihat oleh sebagian warga dunia sebagai masalah. ”Pertanyaan bagi sekutu-sekutu kita dan lawan-lawan, seberapa bisa dipercaya dan kredibel Presiden kita? Apakah dia bermaksud dengan apa yang dikatakan dan apakah dia mengatakan apa yang memang dia maksudkan,” kata Miller.
Trump yang kini berusia 71 tahun tampaknya lebih menikmati perannya sebagai presiden daripada menjalankan fungsinya sebagai presiden. Di Gedung Putih masih terjadi perbedaan pandangan antara mereka yang cenderung globalis dan populis. Belum setahun sejumlah pejabat teras berguguran, termasuk di antaranya Steve Bannon, yang dianggap sebagai salah seorang paling berjasa bagi Trump dalam Pilpres 2016, hanya bisa bertahan tujuh bulan.
Namun, hal yang lebih mengkhawatirkan publik, Trump— yang lama bergelut dalam dunia hiburan—masih belum juga meninggalkan kebiasaannya ”bermain sandiwara”. Publik mulai lelah dengan drama-drama yang dia suguhkan. Menurut Google Trends, daya tarik Trump terus menyurut sejak dia dilantik sampai sekarang dengan penurunan sampai 75 persen.
Bahkan, kalangan kulit putih Evangelis yang dulu memilihnya mulai mempertanyakan kemampuannya memimpin. Jajak pendapat terbaru memperlihatkan, kini warga Evangelis yang menyetujui kinerjanya hanya 61 persen atau turun jauh dibandingkan bulan Januari tahun lalu yang sebesar 78 persen. Padahal, pada awalnya dia mendapat 80 persen suara dari Evangelis. (AFP/AP/RET)