MOSKWA, SENIN — Rusia mengecam Amerika Serikat atas kebijakan dan manuver luar negerinya. Pemerintah AS disebut memperburuk situasi global.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, AS gagal memahami bahwa panggung internasional tidak dikuasai aktor tunggal. ”Sayangnya, AS dan sekutunya ingin mengurus semua dengan mengeluarkan ultimatum dan tidak mau mendengar pendapat yang lain,” kata Lavrov dalam pernyataan pers tahunan, Senin (15/1), di Moskwa, Rusia.
Ia menyebut AS menggunakan metode yang patut dipertanyakan dan tidak adil. ”Mereka menggunakan banyak bentuk metode itu, mulai dari menyebar rudal pertahanan hingga sanksi sepihak atau mendesak penyelesaian masalah internasional hanya dengan skenario mereka,” ujarnya.
Lavrov mengatakan, ancamanancaman AS sepanjang tahun 2017 telah memperkeruh situasi. Salah satunya ancaman AS
untuk tidak meneruskan kesepakatan nuklir Iran akan berdampak terhadap Semenanjung Korea.
Ia menyebut bagaimana mungkin Korea Utara mau membahas nuklir mereka dengan dunia internasional setelah perlakuan AS terhadap Iran. Pada 2015, AS dan sejumlah negara membuat kesepakatan dengan Iran terkait program nuklir yang dikembangkan Teheran. Kesepakatan itu melahirkan pencabutan sanksi dan embargo sebagai kompensasi pengawasan nuklir Iran oleh pemeriksa internasional.
Tidak konsisten
Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan AS akan mundur dari kesepakatan 2015 jika sejumlah persyaratan tidak diubah. Trump berkeras AS sudah memberi terlalu banyak pada Iran lewat kesepakatan itu. Di sisi lain, Iran dinyatakan tidak dipaksa menghentikan pengembangan rudal balistik dan dukungan pada berbagai kelompok militan.
”Kami tidak akan mendukung yang sedang dicoba AS, mengubah kesepakatan dan memasukkan hal-hal yang sangat
tidak bisa diterima Iran,” ujar Lavrov.
Sebagian sekutu AS melihat kesepakatan itu sebagai cara terbaik mencegah ambisi nuklir Iran. Kesepakatan itu disebut sebagai kemenangan diplomasi multilateral.
Lavrov mengatakan, penyelesaian masalah nuklir Korut bisa menggunakan metode seperti untuk Iran. ”Mereka (Korut) dijanjikan sanksi akan dicabut jika menghentikan program nuklir. Mereka akan menghentikan, tetapi tidak ada yang akan mencabut sanksi,” ujarnya
Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran Ali Shamkhani mengatakan, ancaman Trump menunjukkan sikap anti-Iran dan dimaksudkan untuk menolak manfaat ekonomi yang akan diterima Iran. ”Menakuti komunitas internasional dengan taktik orang gila adalah metode lama yang terbukti tidak mangkus,” ujarnya.
Melihat posisi AS saat ini, Lavrov bisa mengerti kemarahan Palestina yang tidak lagi mengakui AS sebagai juru damai. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengundang China dan Rusia menggantikan AS menjadi juru damai konflik Palestina-Israel.