Dalam perang multifront di Suriah, Turki dan Suriah-Rusia-Iran mengecam keras AS yang membentuk pasukan penjaga perbatasan Suriah-Turki berkekuatan 30.000 milisi Kurdi.
ANKARA, SELASA - Turki menyiapkan operasi militer untuk menyerang milisi Kurdi Suriah yang disokong Amerika Serikat untuk menjadi penjaga perbatasan Suriah-Turki. Milisi itu dinyatakan akan dihancurkan sebelum terbentuk menjadi pasukan penjaga perbatasan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki sudah menyiapkan operasi di wilayah utara Suriah yang dikuasai Kurdi. ”Kami mencekiknya sebelum dilahirkan. Operasi akan terus berlanjut sampai tidak ada lagi satu pun teroris di perbatasan,” ujarnya dalam pidato, Selasa (16/1), di Ankara, Turki.
Pidato itu disampaikan Erdogan menyikapi rencana AS dan sekutunya di Suriah. Dengan alasan mencegah kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) yang sudah dinyatakan kalah agar tidak bangkit lagi, AS akan membentuk pasukan penjaga perbatasan berkekuatan hingga 30.000 orang. Hampir semua anggota pasukan itu berasal dari warga Kurdi yang bertahun-tahun menuntut negara merdeka.
Selama ini warga Kurdi terpencar di Turki, Suriah, Iran, dan Irak. Turki mengelompokkan sebagian pergerakan Kurdi, termasuk milisi Unit Perlindungan Rakyat (YPG) yang didukung AS, sebagai pemberontak dan teroris. Ankara menyatakan YPG sebagai cabang organisasi terlarang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang melancarkan pemberontakan di Turki sejak 1984.
YPG menguasai kota-kota di Suriah utara, termasuk Manbij dan Afrin. Seperti saat melancarkan gempuran bernama Perisai Eufrat terhadap YPG dan NIIS di Suriah, Agustus 2016 hingga Maret 2017, Erdogan mengatakan, serangan pada milisi Kurdi dukungan AS akan dilancarkan militer Turki dan oposisi Suriah yang mereka dukung.
Erdogan menyatakan, rencana pembentukan pasukan penjaga perbatasan oleh AS bisa menaikkan gelombang pemberontakan di Turki. ”Apalagi yang akan disasar pasukan itu selain Turki? Kami harus mengatakan jangan berada di antara kami dengan teroris. Jika tidak, kami tidak akan bertanggung jawab pada konsekuensi yang tidak diinginkan. Jangan memaksa kami mengubur mereka yang berpihak pada teroris,” kata Erdogan.
Ia juga mengecam langkah AS yang secara faktual adalah sekutu Turki. AS dan Turki sama-sama menyokong oposisi melawan rezim Bashar al-Assad dalam perang saudara di Suriah. AS juga sudah bertahun-tahun memanfaatkan pangkalan udara Incirlik milik Turki untuk berbagai misi perang di Timur Tengah, termasuk saat menghadapi NIIS. Turki dan AS juga sama-sama bergabung di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Panglima Angkatan Bersenjata Turki Jenderal Hulusi Akar mengatakan, Turki tidak akan membiarkan YPG mendapat dukungan apa pun. Ia meminta NATO tidak terpecah gara-gara kelompok teroris. ”Kami tidak bisa dan tidak akan mengizinkan dukungan dan upaya mempersenjatai YPG dengan alasan mitra operasi,” ujarnya.
Terkait hal itu, Pemimpin Kurdi di Suriah, Fawza Youssef, mengatakan, pasukan itu untuk melindungi Kurdi dari ancaman Turki dan Suriah. ”Harus ada kekuatan penangkal yang melindungi perbatasan wilayah kami dengan wilayah lain,” ujarnya.
Ia mengatakan, Kurdi butuh perlindungan sampai perundingan antarfaksi di Suriah selesai.
Dituduh pecah Suriah
Kementerian Luar Negeri Suriah menyebut rencana AS membentuk pasukan perbatasan itu sebagai serangan nyata pada kedaulatan Suriah. Pemerintah Suriah mengancam setiap warga negaranya yang bergabung dengan pasukan itu akan diperlakukan sebagai pengkhianat.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut AS tak mau mempertahankan kesatuan Suriah. ”Prinsipnya, hal ini berarti pemecahan daerah luas di sepanjang perbatasan Suriah dan Turki,” ujarnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qasemi, mengatakan, pasukan seperti itu bisa meningkatkan ketegangan di Suriah. Ia mendesak AS menarik seluruh pasukannya dari Suriah.