RAMALLAH, RABU — Masyarakat internasional diharapkan mau menggantikan Amerika Serikat sebagai penyandang dana untuk membantu Palestina. Dana itu diperlukan agar pelayanan bagi jutaan pengungsi Palestina di sejumlah negara tetap tersedia.
Permintaan itu disampaikan Badan Bantuan Sosial dan Pekerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) untuk pengungsi Palestina, Rabu (17/1). Lembaga itu memastikan AS hanya akan memberikan 60 juta dollar AS dari janji 125 juta dollar AS donasi tahap awal untuk 2018.
Komisaris Jenderal UNRWA Pierre Krähenbühl mengatakan, ia akan meluncurkan penggalangan dana global. Langkah itu untuk memastikan sekolah-sekolah dan klinik-klinik yang dioperasikan UNRWA tetap beroperasi. ”Taruhannya adalah martabat dan keamanan jutaan pengungsi Palestina yang sangat membutuhkan makanan dan bantuan lain di Jordania, Lebanon, Suriah, Tepi Barat, dan Jalur Gaza,” ujarnya.
Sekolah UNRWA yang melayani 525.000 anak-anak pengungsi Palestina akan terdampak jika pendanaan itu dipangkas. ”Pengurangan kontribusi juga berdampak pada keamanan kawasan saat Timur Tengah menghadapi banyak ancaman, khususnya radikalisme,” kata Krähenbühl.
UNRWA dibentuk pada 1949 setelah ratusan ribu orang Palestina terusir dari wilayah yang diduduki Israel pada 1948. Kini, UNRWA melayani sedikitnya 5 juta pengungsi Palestina di Timur Tengah. UNRWA menyebut masalah pengungsi Palestina adalah dampak kegagalan Israel dan Palestina mewujudkan solusi dua negara yang sudah ditunggu sejak lama.
Selasa lalu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) AS mengumumkan sisa 65 juta dollar AS bantuan untuk UNRWA akan ditunda sampai lembaga itu memperbaiki sejumlah hal. Namun, Kemlu AS tidak menyebutkan apa saja perbaikan yang harus dilakukan UNRWA.
Jika AS menyalurkan seluruh 125 juta dollar AS dana yang dijanjikan, UNRWA tetap kesulitan. Donasi tahun 2018 lebih rendah daripada hibah 2017, yang menurut AS mencapai 355 juta dollar AS.
Juru bicara Kemlu AS, Heather Nauert, menyatakan, negara lain harus menyediakan lebih banyak uang. Sebab, ia meyakini AS membayar lebih banyak dari yang seharusnya. Ia juga menegaskan, pemangkasan dana itu sama sekali tidak dimaksudkan untuk menghukum siapa pun.
Pejabat AS selalu berusaha menyangkal ada motif di balik pemangkasan dana bantuan bagi Palestina. Padahal, Presiden AS Donald Trump pernah mengungkapkan kekesalannya pada Palestina. Ia menyebut Palestina menerima ratusan juta dollar dari AS. Walakin, Palestina tidak mau memenuhi permintaan AS agar mau berunding lagi dengan Israel. AS berusaha menghidupkan perundingan Palestina-Israel yang terhenti sejak 2014.
Liga Arab menyebut pemangkasan dana oleh AS itu untuk menghapus seluruh isu pengungsi Palestina. ”Keputusan itu berdampak pada (layanan) pendidikan dan kesehatan Palestina dan bertujuan menghilangkan pengungsi,” ujar Sekjen Liga Arab Ahmed Aboul Gheit.
”Saya bergantung pada bantuan makanan. Keadaan sekarang sudah berat dan akan semakin berat,” kata Bassam Inshasi, warga Gaza yang rutin mengambil jatah makanan dari UNRWA.
Pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Hanan Ashrawi. mengatakan, keputusan itu adalah kekejaman kepada orang tidak bersalah dan terancam. ”Akses pengungsi dan anak-anak Palestina pada layanan bantuan kemanusiaan dasar, seperti makanan, jaminan kesehatan, dan pendidikan bukanlah alat tawar-menawar, melainkan tugas AS dan internasional,” tambah Husam Zomlot, Utusan Palestina di Washington.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan dukungan pada keputusan AS. Ia tak menampik keputusan itu akan membuat Israel menghadapi masalah kemanusiaan di depan mata. (AFP/REUTERS/RAZ)