Presiden AS Donald Trump, Rabu (17/1), mengumumkan penghargaan berita bohong atau Fake News Award. CNN menjadi ”pemenang” dengan empat dari 11 berita yang dinyatakan sebagai berita bohong. Media besar lain yang juga mendapat ”penghargaan” itu adalah The New York Times, The Washington Post, dan stasiun televisi ABC.
Ketegangan Trump dengan sejumlah media arus utama berlangsung sejak masa kampanye pemilu presiden. Trump sangat terobsesi dengan bayangan pers, terlihat dengan begitu seringnya dia mengucapkan fake news dalam pidato-pidatonya dan dalam kesempatan tanya jawab dengan wartawan. Lewat akun Twitternya, sedikitnya dia sudah 800 kali menulis kata itu.
Trump selalu mengatakan media arus utama sebagai ”musuh rakyat”.
Belakangan Trump berseteru dengan Michael Wolff yang menerbitkan buku berjudul Fire and Fury: Inside the Trump White House. Buku ini menggambarkan suasana Gedung Putih pada era Trump. Wolff, jurnalis dan kolumnis, mengaku mendapat akses ke Gedung Putih dan telah mewawancarai lebih dari 200 orang, termasuk salah satunya Stephen (Steve) Bannon yang dulu pernah menjadi orang kepercayaan Trump.
Wolff menuliskan cerita di balik Gedung Putih secara detail. Dia memaparkan, antara lain, bagaimana tidak disiplinnya Trump sampai dia menyimpulkan bahwa presiden ke-45 AS itu bak anak kecil. Wolff yang sudah menulis sejumlah buku juga menyinggung anak-anak Trump, mulai soal persekongkolan dengan Rusia hingga pribadi mereka.
Lewat pengacaranya, Trump sempat meminta penerbit agar tidak mengedarkan buku itu. Namun, permintaan itu tak digubris. Pengacara mengambil jalur hukum dengan menggugat ke pengadilan. Belum diketahui kelanjutan kasus ini.
Namun, kabar yang muncul beberapa hari lalu malah lebih mengerikan. Trump menegaskan keinginannya untuk membuat peraturan yang lebih keras terhadap fitnah dan pencemaran nama baik. Setelah rapat kabinet pertama di tahun 2018, dia menyatakan UU perlu diubah. ”Supaya orang yang mengatakan sesuatu yang keliru dan fitnah tentang orang lain akan menghadapi pengadilan,” katanya.
Hubungan pers dengan Trump kelihatannya tidak akan membaik. Meski begitu, bukan berarti Trump tidak menyimak laporan media. Di antara jadwal kesibukannya, Trump banyak menghabiskan waktu di depan televisi hingga berjam-jam menyaksikan berita-berita dari televisi. Paling tidak, demikian bocoran dari sumber yang sehari-hari bertugas melayani keperluan Trump. (RET)