TOKYO, SENIN — Ratusan warga Tokyo, Jepang, Senin (22/1), dilibatkan dalam latihan evakuasi dalam simulasi menghadapi serangan rudal Korea Utara. Ini merupakan latihan evakuasi pertama menghadapi serangan militer di ibu kota Jepang sejak Perang Dunia II.
”Kami mendapat informasi, telah terjadi peluncuran rudal. Harap segera menyelamatkan diri ke dalam bangunan di bawah tanah,” demikian pengumuman yang disampaikan lewat pengeras suara dalam latihan itu.
Tak lama kemudian, seorang petugas taman berlari-lari sambil meneriakkan ”rudal telah ditembakkan, rudal telah ditembakkan”. Dalam waktu hampir bersamaan, sekitar 250 warga dan pekerja kantor dievakuasi dari sejumlah bangunan ke stasiun bawah tanah terdekat.
Beberapa menit kemudian, pesan kedua muncul, ”Rudal telah lewat. Rudal itu sepertinya terbang di atas Kanto (di wilayah Tokyo) ke Samudra Pasifik.”
Lebih dari 20 kali latihan evakuasi telah digelar di seluruh wilayah Jepang sepanjang tahun lalu untuk menghadapi ancaman serangan rudal Korut. Namun, latihan kemarin merupakan simulasi pertama menghadapi serangan Korut di Tokyo.
”Saya pikir, lebih baik daripada tidak sama sekali untuk berlatih seperti ini. Tetapi, saya berdoa, semoga tidak ada serangan rudal dari (Korea) Utara,” kata Shota Matsushima (20), mahasiswa yang ikut latihan evakuasi itu.
”Saya pikir, hal yang bagus untuk waspada, seperti pada latihan-latihan menghadapi gempa,” kata Kana Okakuni (19), seorang pelajar.
Latihan di Tokyo itu berlangsung di tengah tingginya tingkat ketegangan di kawasan terkait aktivitas nuklir dan rudal Korut. Korut pernah menyebut Jepang, salah satu mitra Amerika Serikat di kawasan, dalam serangan verbal yang mengancam akan ”menenggelamkan” Jepang ke laut dan menjadikannnya ”abu”.
Tahun lalu, Pyongyang menembakkan dua rudal melewati Jepang dan jatuh ke laut di dekat negara tersebut. Uji coba rudal Korut terakhir, November lalu, mencapai ketinggian sekitar 4.475 kilometer dan terbang sejauh 950 kilometer melewati wilayah udara Jepang sebelum jatuh ke area zona ekonomi eksklusif perairan Jepang.
Pyongyang menyatakan, program-program senjatanya merupakan upaya mempertahankan diri melawan kemungkinan serangan AS. Jepang meyakini, ancaman yang ditimbulkan oleh rudal balistik dan pengembangan senjata nuklir Korut semakin serius. Setiap kali Korut menembakkan rudal melewati Jepang, sistem peringatan tanda bahaya disampaikan kepada warga melalui telepon genggam dan pengeras suara di jalan-jalan.
Namun, banyak warga menilai sistem peringatan seperti itu tidak banyak bermanfaat mengingat tak banyak waktu yang tersedia untuk menyelamatkan diri dan tak banyak fasilitas untuk berlindung dari serangan nuklir. Selain itu, mereka pernah mengalami peringatan yang salah, pekan lalu, saat radio NHK mengumumkan Korut terlihat melancarkan sebuah rudal.
Peristiwa itu terjadi hanya beberapa hari setelah peringatan yang salah terkait serangan rudal disampaikan melalui telepon genggam warga di Hawaii.
Latihan evakuasi di Tokyo kemarin juga mendapat protes sebagian warga. ”Saya tidak ingin ikut dalam latihan seperti itu. Saya menolaknya karena ini cara mempromosikan perang,” ujar Ikie Kamioka (77), mantan guru sekolah dasar, salah satu dari puluhan warga yang berunjuk rasa menentang latihan evakuasi tersebut.
”Anda tidak akan selamat jika perang terjadi. Perang nuklir akan menghancurkan segalanya,” katanya.