Pernyataan Perdana Menteri Turki Binali Yildirim, Minggu (21/1), soal tujuan operasi militer Turki atas Distrik Afrin yang disebut operasi Ranting Zaitun merupakan titik terpenting yang menjelaskan visi dan misi operasi militer tersebut. Yildirim menegaskan, operasi Ranting Zaitun bertujuan menciptakan zona aman sejauh 30 kilometer di Distrik Afrin.
Penjelasan Yildirim menunjukkan mekanisme Turki mewujudkan tujuan makro operasi militer itu, yakni mengakhiri atau minimal melemahkan milisi Kurdi dari satuan Unit Pelindung Rakyat (YPG). YPG adalah sayap militer dari Partai Uni Demokrasi (PYD) di Suriah yang berbasis etnis dan komunitas Kurdi. Turki menetapkan YPG sebagai organisasi teroris karena dianggap kepanjangan tangan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) pimpinan Abdullah Ocalan.
Menurut Turki, inilah saat yang tepat membentuk zona aman sejauh 30 kilometer di Afrin sebagai cara efektif meredam bahaya YPG. Isu membentuk zona aman di Suriah utara merupakan ambisi lama Turki menyusul semakin tidak menentunya masa depan solusi politik di Suriah.
Turki mulai mengembuskan isu pentingnya pembentukan zona aman di Suriah utara sejak 2015. Namun, Amerika Serikat saat itu menolak mentah-mentah usulan Turki itu. Kekuatan regional dan internasional lain saat itu, seperti Rusia, Iran, dan Eropa, juga menolak inisiatif zona aman tersebut.
Bagi Turki, zona aman di Suriah utara sangat penting dan memiliki multiefek yang positif, baik secara politik, keamanan, maupun ekonomi. Secara politik, zona aman itu akan membuyarkan impian rakyat Kurdi memiliki wilayah otonomi mulai dari Provinsi Al-Hasakah di timur hingga Afrin di barat.
Secara keamanan, zona aman itu bisa meminimalisasi bahaya YPG dan milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang menduduki banyak wilayah Suriah utara dan timur laut.
Secara ekonomi, zona aman bisa meringankan beban ekonomi Turki, karena zona aman tersebut akan ditempati para pengungsi Suriah yang sekarang berada di kamp-kamp pengungsi di Turki. Kini, ada 2,5-3,5 juta pengungsi Suriah di Turki.
Jika para pengungsi Suriah di Turki itu bisa dipulangkan ke negaranya dan menempati zona aman, tanggung jawab atas para pengungsi itu bisa dialihkan ke PBB sepenuhnya.
Turki sesungguhnya secara de facto sudah menciptakan zona aman di Suriah utara, persisnya di kawasan Eufrat melalui operasi Perisai Eufrat, Agustus 2016. Pasukan Turki kini sudah bercokol di kota Jarablus dan sekitarnya sejak 2016.
Namun, Turki secara politik tidak berani terang-terangan mengumumkan zona aman di kawasan Eufrat tersebut. Perkembangan terakhir yang mendekatkan hubungan Turki dengan Rusia dan Iran terkait isu Suriah kian membuka peluang terwujudnya impian Turki akan terciptanya zona aman itu.
Perubahan peta koalisi di Suriah dengan lahirnya koalisi Rusia, Turki, dan Iran dimulai sejak perang Aleppo, Desember 2016, dan berlanjut melalui forum perundingan Astana pada Januari 2017 yang digagas oleh tiga negara itu.
Perubahan tersebut membuat Yildirim berani mengumumkan tujuan operasi Ranting Zaitun. Bisa jadi Rusia menghendaki operasi itu dengan imbalan Turki mendukung konferensi internasional Suriah di Sochi, akhir bulan ini. Sementara AS dan Suriah tidak bisa berbuat banyak.