davos, senin Survei PricewaterhouseCoopers atau PwC yang dirilis menjelang dimulainya Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, Senin (22/1), menunjukkan, 57 persen atau 741 dari 1.300 pemimpin perusahaan di dunia yang disurvei optimistis perekonomian tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Meski demikian, ada kekhawatiran atas dinamika geopolitik, ancaman siber, dan terorisme.
Jumlah pemimpin perusahaan yang optimistis dengan kondisi perekonomian itu hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah yang tercatat pada survei tahun sebelumnya. Kenaikan jumlah itu juga yang tertinggi dilihat sejak survei ini dimulai 2012.
Optimisme paling tinggi terlihat di Amerika Serikat. Ekonomi yang tumbuh lebih baik tahun lalu, ditambah dengan kebijakan deregulasi dan pemotongan pajak di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, melatarbelakangi harapan para pelaku usaha.
Di AS, 59 pemimpin perusahaan mengatakan lebih percaya diri atas kondisi ekonomi tahun ini. Padahal, dalam survei serupa tahun lalu, mereka yang optimistis hanya mencapai 24 persen.
Pada tahun ini, dari mereka yang optimistis itu, lebih dari separuhnya yakin kondisi ekonomi yang baik akan menaikkan pendapatan perusahaan mereka. Jumlah pemimpin perusahaan yang yakin pendapatan perusahaan akan naik ialah 52 persen berbanding 39 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.
”Dengan naiknya pasar saham dan proyeksi kenaikan produk domestik bruto (PDB) di sejumlah pasar utama secara global, tidak heran jika para pemimpin perusahaan yakin dengan usaha mereka,” kata Bob Moritz, pemimpin global PwC.
Namun, sejumlah kekhawatiran tetap muncul di kalangan para pemimpin perusahaan. Ancaman-ancaman di bidang sosial menimbulkan kekhawatiran tersendiri pada tahun ini. Dari data yang dikumpulkan PcW itu, tercatat ada sekitar 40 persen yang mengaku sangat khawatir dengan ketidakpastian kondisi geopolitik global serta serangan-serangan siber dan terorisme. Sementara 31 pemimpin perusahaan khawatir dengan perubahan iklim setelah sejumlah badai terjadi pada tahun lalu.
Pekan lalu, Laporan Risiko-risiko Global WEF juga menyatakan kekhawatiran terjadinya perang sewaktu-waktu di dunia. Hal itu bisa saja terjadi terkait ancaman Trump untuk menghancurkan nuklir Korea Utara hingga menarik diri dari kesepakatan program nuklir antara Iran dan sejumlah negara Barat.
”Tingkat kekhawatiran yang semakin tinggi dipengaruhi oleh perubahan kondisi sosial dan geopolitik yang lebih besar dibandingkan dinamika yang terjadi di kalangan pimpinan perusahaan di pasar,” ujar Moritz.
Pasar keuangan
Satu dekade sejak bangkrutnya Lehman Brothers yang memicu terjadinya krisis keuangan global dan menyeret perekonomian mengalami resesi, ekonomi terlihat tumbuh dan pasar-pasar saham mencatatkan kenaikan-kenaikan dengan rekor-rekor indeks baru.
Yang paling baru, misalnya, pekan lalu Indeks Dow Jones Industrial Average di bursa saham AS mencapai level 26.000 untuk pertama kali. Para pelaku pasar optimistis, kinerja perusahaan-perusahaan akan positif seiring dengan pemotongan pajak dari 35 persen ke 21 persen.
Para pelaku ekonomi kini menantikan komentar lebih jauh dari Trump di WEF. Forum yang berlangsung pada 23-26 Januari itu mengambil tema ”Menciptakan Masa Depan Bersama dalam Dunia yang Retak”.
Sebagaimana tergambar dalam survei PwC itu, pasar yang dinilai paling menarik tahun ini ialah China, Jerman, Inggris, dan India. Terkait posisi Inggris yang keluar dari Uni Eropa, hanya 34 persen pemimpin perusahaan yang percaya diri pendapatan mereka bakal naik. Jumlah tersebut turun 7 persen dibandingkan proyeksi mereka tahun sebelumnya. (AFP/REUTERS/BEN)