Rakyat Kurdi Dimobilisasi
KAIRO, KOMPAS Para pemimpin Kurdi, Selasa (23/1), menyerukan kepada warga sipil Kurdi untuk turut angkat senjata guna mempertahankan wilayah Afrin dari serangan Turki. Pada hari keempat operasi militer Turki, kemarin, cuaca buruk di Distrik Afrin, Suriah barat laut, cukup menghambat operasi militer Turki dan koalisinya, milisi Tentara Pembebasan Suriah (FSA).
”Kami mengumumkan adanya mobilisasi rakyat dan kami undang semua putra rakyat kami untuk mempertahankan Afrin,” demikian administrasi otonom Kurdi dalam pernyataan tertulis.
Juru bicara administrasi otonom Kurdi, Rezan Hedo, kepada kantor berita AFP mengatakan, ”Itu undangan bagi seluruh rakyat Kurdi di Suriah untuk angkat senjata.” Ia menambahkan, Pasukan Demokratik Suriah (SDF), aliansi dukungan Amerika Serikat yang didominasi milisi Unit Pelindung Rakyat (YPG), siap menampung mereka yang ingin mempertahankan Afrin dan akan memberikan mereka senjata.
Afrin adalah satu dari tiga daerah otonomi yang dikuasai SDF. Dua daerah lainnya adalah Eufrat dan Jazira. Turki melancarkan operasi militer yang diberi kode sandi ”Ranting Zaitun” ke Afrin untuk melemahkan YPG. Milisi ini dinilai Ankara sebagai sayap militer Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dinyatakan sebagai organisasi teroris di Suriah.
Televisi Al Jazeera melaporkan, akibat cuaca buruk di Afrin, pada hari keempat serangan, kemarin, Turki terpaksa membatalkan banyak serangan dengan pesawat tempur dan lebih banyak menggunakan artileri jarak jauh.
Hal itu cukup menguntungkan milisi YPG. Mereka memanfaatkan cuaca buruk itu untuk mengatur posisi dan barisan guna menghadang militer Turki dan milisi FSA pro-Ankara.
Serangan darat Turki ke Distrik Afrin, Senin hingga Selasa kemarin, difokuskan dari arah kota Azaz atau dari arah timur Afrin. Kota Azaz selama ini dikontrol pasukan Turki dan milisi oposisi Suriah pro-Ankara melalui operasi Perisai Eufrat yang dilancarkan pada Agustus 2016.
Sebagian besar area timur Afrin berupa lembah sehingga memudahkan pergerakan mesin berat militer Turki, seperti tank dan kendaraan lapis baja, melakukan manuver. Cuaca buruk yang sering melanda Afrin terakhir ini menjadikan front timur dari arah kota Azaz menjadi pilihan titik tolak serangan militer Turki.
Milisi FSA pro-Ankara mengklaim telah menguasai 11 titik di Distrik Afrin yang sebagian besar berada di area timur dan timur laut Afrin. FSA juga mengklaim telah menguasai bukit Barsaya, dekat kota Afrin.
Turki juga mulai membuka front baru dengan melancarkan gempuran udara dan serangan artileri pada sasaran YPG di Provinsi Al Hasakah, Suriah timur laut, di tepi timur sungai Eufrat.
Gerak laju militer Turki dari area barat dan utara Distrik Afrin hanya mencapai sekitar kota Rajo, hari Minggu lalu. Area itu didominasi pegunungan yang menyulitkan gerakan tank dan kendaraan lapis baja Turki, serta pemindahan artileri dari satu tempat ke tempat lain.
Kota Rajo berada di kaki sebelah barat Pegunungan Kurdi di bawah kontrol YPG. Sejauh ini belum ada laporan apakah kota Rajo sudah jatuh ke tangan pasukan Turki. Sejak hari Minggu, tak ada berita soal gerak maju pasukan darat Turki yang melampaui sekitar kota Rajo.
Turki menggunakan pesawat tempur dan artileri jarak jauh untuk menggempur kamp-kamp milisi YPG yang sebagian besar di area Pegunungan Kurdi.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu melalui akun Twitternya mengatakan, dua tentara Turki tewas dalam operasi militer sejauh ini. Sersan Musa Ozalkan, tentara Turki pertama yang tewas pada Senin lalu, dimakamkan di Ankara, kemarin, dalam upacara yang dihadiri Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) menyebutkan, 22 warga sipil tewas dalam serangan artileri dan gempuran udara Turki. Ribuan warga sipil juga mengungsi dari Afrin, tetapi dihadang pasukan Pemerintah Suriah untuk menyeberang ke distrik-distrik Kurdi dekat kota Aleppo.
Tolak permintaan AS
Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, dalam wawancara dengan BBC meminta Amerika Serikat menghentikan bantuan dan koalisinya kepada YPG. Ia menyebutkan, tidak ada alasan koalisi AS-YPG terus berlanjut setelah perang melawan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) berakhir. Menurut Kalin, YPG menggunakan senjata yang didapat dari AS untuk melawan Turki saat ini.
Di Jakarta, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan, serangan Turki di Afrin mengacaukan upaya melawan NIIS.
Presiden Erdogan di Ankara mengatakan, operasi militer Turki di Afrin hanya akan segera berakhir setelah tujuan operasi itu tercapai. Ia mengungkapkan, AS telah meminta Turki agar menentukan jadwal berakhirnya operasi militer di Afrin. ”Saya mau bertanya apakah AS menentukan jadwal invasi militer di Irak dan Afghanistan?” kata Erdogan yang secara tak langsung menolak permintaan AS itu.
Menlu AS Rex Tillerson menyampaikan, AS siap bekerja sama dengan Turki untuk menciptakan zona aman 30 kilometer di Distrik Afrin. Ia mengaku telah berkomunikasi dengan Turki dan kekuatan lain untuk membahas zona aman itu.
Senin lalu, Dewan Keamanan PBB membahas serangan Turki ke Afrin. Tidak ada kecaman atau tuntutan agar serangan diakhiri.
(AP/AFP/REUTERS/SAM)