Kairo, Kompas Tidak ada te-man selain gunung-gunung. Inilah moto nasional tak resmi bangsa Kurdi. Memasuki hari kelima serangan Turki ke Afrin, Suriah barat laut, dan terlihat tak ada upaya serius para pemimpin negara-negara yang terlibat dalam konflik Suriah, pemimpin dan anggota milisi Kurdi merasa dilupakan oleh negara-negara besar, terutama Amerika Serikat.
Satu-satunya ”teman” yang sedikit meringankan mereka adalah alam dan cuaca. Gerak maju pasukan darat Turki dan koalisinya dari pasukan oposisi Tentara Pembebasan Suriah (FSA) pro-Ankara, Rabu (24/1), masih lamban akibat terus berlanjutnya cuaca buruk di Distrik Afrin.
Angin kencang, kabut tebal, dan hujan lebat yang menyelimuti Distrik Afrin hingga Rabu menutup pandangan mata yang menghambat gerakan pasukan Turki dan koalisinya serta milisi Kurdi dari Unit Pelindung Rakyat (YPG).
Hingga hari kelima, milisi YPG praktis seperti bertahan sendirian tanpa teman—termasuk Amerika Serikat—dalam mempertahankan Afrin dari gempuran Turki dan milisi mitranya. Hal ini disesalkan milisi Kurdi, terlebih karena YPG merupakan tulang punggung Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dukungan AS yang memberi kredit kemenangan militer pertama kepada Presiden Donald Trump dalam merebut Raqqa, ibu kota milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Suriah.
”Bagi kami, Amerika Serikat punya tanggung jawab moral melindungi demokrasi di area ini,” kata Sinam Mohamed, Kepala Utusan Administrasi Demokratik Rojava, yang mengontrol sejumlah wilayah Kurdi, Suriah utara.
Bagi pemimpin setempat, area Rojava yang memerintah sendiri —meliputi Al-Hasakah, Eufrat, dan Afrin—adalah eksperimen federalisme demokratik yang bisa menjadi contoh untuk diikuti wilayah lain di Suriah.
”Kurdi melawan Daesh (NIIS) untuk mempertahankan seluruh dunia, berkoordinasi dengan koalisi AS. Namun, kini AS diam. Ini mengecewakan,” ujar Omar Mahmoud (35), anggota YPG.
”Kami bertempur lawan Daesh (NIIS) sejak awal. Kami membebaskan wilayah dari Daesh dan kini kami jadi target ketidakadilan Turki,” kata Massoud Baravi (34), anggota YPG lainnya.
”Kini jet-jet Turki membombardir Afrin, menewaskan perempuan dan anak-anak, dengan alasan kami dianggap separatis, tetapi kami bagian dari Suriah. Kami melihat, dunia internasional diam. Tak seorang pun membela Kurdi.”
Menurut beberapa tokoh Kurdi, Moskwa menawarkan perlindungan dari serangan Turki jika Kurdi mau menyerahkan area di bawah kontrol mereka kepada rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Ketika Kurdi menolak, pasukan Rusia menarik mundur perlindungan udaranya pada milisi Kurdi.
Tanam ranjau darat
Rabu kemarin, seperti dilaporkan televisi Al Jazeera, milisi YPG di kota Rajo berusaha memberikan perlawanan terhadap pasukan Turki dan koalisinya agar kota tersebut tidak segera jatuh ke tangan Turki. Milisi YPG menanam ranjau darat di sekitar kota Rajo dan sepanjang front barat untuk mencegah gerak maju pasukan Turki dan koalisinya.
Milisi YPG bahkan menembakkan roket dari kota Rajo ke arah Distrik Reyhanli, Turki selatan, yang menjadi titik tolak pasukan Turki dan koalisi dari arah barat menuju Distrik Afrin. Pihak Kurdi mengklaim serangan roket ke arah Reyhanli menewaskan seorang anggota FSA dan melukai 12 orang lainnya.
Adapun pihak Turki mengklaim telah menewaskan delapan anggota YPG yang akan menyeberang ke wilayah Turki untuk melancarkan serangan. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ankara, Rabu kemarin, seperti dikutip televisi Turki, TRT, mengakui, delapan pasukan Turki dan koalisinya dari FSA telah tewas dalam empat hari operasi militer di Afrin. Erdogan mengklaim sebanyak 268 anggota milisi YPG juga telah tewas dalam operasi militer itu.
Untuk menghadapi Turki, YPG kesulitan melaksanakan seruan mobilisasi umum pada rakyat Kurdi untuk ikut angkat senjata dengan cara mengerahkan para pemuda Kurdi dari Manbij dan area lain di tepi timur Sungai Eufrat. Distrik Afrin saat ini terkepung dari semua arah.
Arah barat dan utara berbatasan dengan Turki. Arah timur adalah Distrik Azaz yang dikontrol Turki. Arah barat daya adalah Provinsi Idlib yang juga dikontrol FSA pro-Ankara. Arah tenggara dikontrol pasukan Assad. Kurdi tidak memiliki jalan masuk atau keluar dari dan ke Distrik Afrin.