ANKARA, KAMIS Amerika Serikat memperingatkan Turki mengenai risiko serbuan Turki ke Suriah. Serbuan itu berpotensi menjadi pertempuran langsung antara tentara AS dan Turki yang sama-sama menyokong kubu oposisi dalam perang saudara di Suriah.
Berbicara di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, sebelum kedatangan Presiden AS Donald Trump, Penasihat Keamanan Dalam Negeri AS Tom Bossert menyampaikan peringatan itu. AS menginginkan pasukan Turki mundur dari Provinsi Afrin, Suriah.
”Turki harus memikirkan potensi peningkatan konflik dalam gerakan mereka di Suriah dan Afrin,” ujar Bossert, Kamis (25/1).
Ia mengakui Turki berhak mengkhawatirkan keamanan perbatasannya akibat keberadaan unit bersenjata Kurdi. ”Akan tetapi, saya pikir keprihatinan itu seharusnya lebih kecil dibandingkan perhatian pada kebutuhan strategis untuk Suriah yang lebih stabil. Saya tidak mengkritik keputusan Turki,” tutur Bossert.
AS dan Turki merupakan sekutu dalam perang Suriah serta perang melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS). Kedua negara juga sama-sama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Namun, sepekan terakhir, Turki menggempur basis-basis milisi Kurdi, Unit Perlindungan Rakyat (YPG), di Suriah utara. YPG disokong AS selama perang melawan Pemerintah Suriah dan NIIS. Namun, Turki bersikeras YPG adalah kelompok teroris.
AS semakin khawatir setelah pasukan Turki mendekati kota Manbij yang dikuasai YPG. Sejumlah tentara AS disebut berada di dekat kota itu.
Menanggapi peringatan AS, Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengatakan, dukungan AS pada kelompok teror tidak bisa diterima. ”Negara yang kami sebut sekutu di NATO malah bersekongkol dengan kelompok teror. Situasi ini sangat menyedihkan dan menyakitkan. Untuk negara seperti AS, bekerja sama dengan kelompok teror sangat memalukan,” tuturnya.
Ia menuduh AS tidak mendukung sesama anggota NATO. ”Sangat mencengangkan dan tidak bisa diterima. Negara yang seharusnya melindungi perbatasan NATO malah mendukung secara terbuka kelompok bersenjata yang menyasar perbatasan kami,” kata Yildirim.
Wakil Yildirim, Bekir Bozdag, membuat pernyataan lebih keras. ”Mereka yang menyokong kelompok teroris akan menjadi sasaran dalam pertempuran ini. AS harus meninjau ulang tentara atau unit-unit yang mendukung teroris guna menghindari konfrontasi dengan Turki,” jelasnya.
Zona aman
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, negaranya tidak bisa menanggapi permintaan AS untuk membahas zona aman sepanjang 30 kilometer di perbatasan Turki-Suriah. Turki dan AS dinyatakan belum bisa membahas itu sampai masalah kepercayaan di antara mereka diselesaikan.
Di Afrin, dilaporkan tank-tank Turki berbaris di perbatasan. Turki juga membombardir Afrin dengan artileri.
Serangan bertujuan membalas roket yang ditembakkan YPG dari Suriah ke kota Kilis, Turki. Ledakan roket menewaskan dua orang masing-masing warga Turki dan Suriah.
Dalam penyerbuan oleh Turki ke Afrin yang sudah berlangsung sepekan, sedikitnya tiga tentara Turki tewas. Kelompok oposisi dukungan Turki kehilangan 48 milisi. Adapun dari kelompok milisi Kurdi dilaporkan ada 42 orang tewas.
Namun, Yildirim mengklaim jumlah korban tewas di pihak Kurdi lebih besar lagi. Jumlahnya mencapai lebih dari 300 orang. Ia menyatakan, Turki akan terus memastikan tidak akan ada organisasi teror di areal selatan perbatasannya, baik di sisi barat maupun timur Sungai Efrat.
Selain tentara dan milisi, menurut kelompok pemantau Suriah, korban tewas juga meliputi 30 warga sipil. Turki membantahnya dan menyatakan semua korban tewas adalah teroris. Turki mengklaim sudah melakukan semua cara untuk menghindari korban sipil dalam operasi militer. (AFP/REUTES/RAZ)