Atlet-atlet tim Korut mengenakan jaket tebal musim dingin dengan warna putih, biru, dan merah seperti bendera nasional Korut. Tim Korsel dipimpin pelatih kepala Sarah Murray yang sebelumnya menganggap rencana pembentukan tim gabungan pemerintah sulit dilakukan. Namun, keputusan itu tetap dijalankan dengan alasan menjadi simbol perdamaian.
Korsel dan Korut menyepakati, tim gabungan itu akan memakai seragam yang sama dan berbaris bersama di bawah satu bendera persatuan saat upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin, 9 Februari mendatang.
Di luar kebiasaan, Korut juga mengajak seluruh rakyat Korea, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk bersatu tanpa bantuan dari negara-negara lain. ”Seluruh rakyat Korea harus mendorong komunikasi, perjalanan, dan kerja sama Utara dan Selatan. Kami akan menghancurkan mereka yang menghambat penyatuan kembali Semenanjung Korea,” sebut kantor berita Korut, KCNA.
Antisipasi serangan
Meski Korsel dan Korut terlihat mulai rukun berkat Olimpiade ini, Korsel ternyata tetap menyiapkan berbagai ”skenario kemungkinan” seandainya Korut melakukan tindakan provokatif selama pelaksanaan Olimpiade. ”Olimpiade tetap kesempatan kita untuk berdamai. Kita hanya perlu melakukan yang terbaik. Selalu ada kemungkinan provokasi,” kata Menteri Luar Negeri Korsel Kang Kyungwha ketika berada di Forum Ekonomi Dunia, Davos, Swiss.
Langkah antisipasi Korsel ini bisa dimaklumi apalagi karena rezim pimpinan Kim Jong Un sedang menyiapkan peringatan ulang tahun militer Korut pada 8 Februari mendatang atau satu hari sebelum Olimpiade. Dalam peringatan itu diperkirakan ada parade militer besar-besaran.
Para pengamat menilai, sulit memperkirakan langkah Korut. Apalagi karena Korut tidak mau membahas program rudal dan nuklirnya dengan Korsel. Meski demikian, Kang tetap berharap Korut akan bersedia berdialog mencari solusi krisis nuklir Korut. (REUTERS/AFP/AP/LUK)