ANKARA, KAMIS — Milisi Kurdi di Suriah kecewa terhadap Amerika Serikat yang dinilai tidak serius meredam gempuran Turki. Serbuan Turki sejak 20 Januari lalu itu belum kunjung reda dan kian banyak milisi Kurdi yang tewas.
Turki tidak hanya menyerang basis-basis Kurdi di Suriah. Dalam pernyataan pada Kamis (1/2), Angkatan Bersenjata Turki juga mengklaim menewaskan 49 anggota milisi Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Irak utara. Mereka berada di 19 lokasi yang digempur jet Turki, Senin lalu.
Rangkaian gempuran tersebut membuat Kurdi khawatir mereka hanya dijadikan mainan AS dengan negara lain. Padahal, Kurdi telah membantu AS menang perang melawan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
”Bagaimana mungkin mereka (AS) hanya diam dan melihat? Mereka seharusnya memenuhi kewajiban pada pihak yang membantu (dalam perang lawan teror). Kami prihatin pada ketidakjelasan posisi mereka,” kata politisi senior Kurdi, Aldar Khalil.
Utusan khusus Kurdi untuk AS, Nobohar Mustafa, menyebutkan, ada usulan agar Suriah menempatkan pasukan di antara Kurdi dan Turki di Provinsi Afrin, Suriah, yang sedang digempur Turki. Akan tetapi, usulan itu ditolak Presiden Suriah Bashar al-Assad yang menginginkan kontrol penuh atas Afrin yang selama ini dikendalikan Kurdi.
Kurdi tak berharap agar AS berperang dengan Turki, sekutu dalam perang melawan NIIS dan sesama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). ”Namun, tidak berarti AS tidak berusaha menghentikan perang di Afrin,” ujarnya.
Mustafa dan Khalil berusaha melobi AS dan Eropa untuk lebih serius terhadap Turki. Mereka juga mendesak NATO agar bersikap terhadap Turki. Bahkan, Mustafa mengusulkan ada pemantau internasional di Afrin.
Bagi Kurdi, pertempuran di Afrin amat penting guna mempertahankan wilayah yang mereka kelola secara otonom itu. Provinsi itu merupakan pangkal perlawanan Kurdi pada Assad.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengecam Presiden Perancis Emamnuel Macron terkait pidatonya yang meminta agar Turki mengoordinasikan tindakan mereka dengan para mitra. Turki juga diminta tidak mencari alasan untuk menginvasi Suriah.
Peringatan itu membuat Ankara marah. Sebelumnya, Turki sudah emosi karena Perancis ikut melatih milisi Kurdi.
Cavusoglu menyatakan, Perancis telah menghina Turki karena mengingatkan soal operasi di Afrin. ”Kami menggunakan hak mempertahankan diri, sesuai dengan keputusan Dewan Keamanan PBB, dan bukan invasi,” ujarnya. (AP/AFP/REUTERS/RAZ)