Semua atlet yang berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan, yang berjumlah sekitar 3.000 orang, akan mendapat telepon genggam Galaxy Note 8 dari Samsung dan seragam dari Nike. Semua akan mendapat paket gratis sponsor itu, kecuali 22 atlet hoki es Korea Utara. Gara-gara sanksi Dewan Keamanan PBB dan Amerika Serikat, atlet Korut mungkin hanya akan gigit jari.
Perusahaan Korsel, Samsung Electronics, sebagai sponsor resmi Olimpiade Musim Dingin, akan membagikan 4.000 unit Galaxy Note 8 seharga 1.100 dollar AS (sekitar Rp 14,8 juta) yang didesain khusus untuk Olimpiade kepada semua atlet. Hadiah itu akan diserahkan Komite Olimpiade Internasional.
Namun, Pemerintah Korsel tidak yakin atlet Korut boleh menerima hadiah mahal itu. Jika mereka menerima, bisa jadi Korsel-sebagai tuan rumah- dianggap melanggar sanksi DK PBB yang salah satu ketentuannya melarang penjualan barang mewah dan elektronik yang berpotensi dimanfaatkan untuk komersial atau militer.
Meski tidak akan bisa menerima hadiah itu, atlet-atlet Korut akan tetap menerima tunjangan seperti atlet yang lain. Untuk urusan seragam, tim perempuan hoki es gabungan antara Korsel dan Korut akan memakai seragam yang dibuat oleh perusahaan Finlandia. Ini juga karena alasan yang sama, khawatir Korut tidak akan boleh memakai produk Nike, perusahaan apparel AS yang juga sponsor resmi Olimpiade, terkait sanksi AS atas Korut.
Sanksi unilateral AS terhadap Korut bahkan melebihi sanksi DK PBB. Sanksi AS spesifik melarang perusahaan-perusahaan dan individu-individu dari AS untuk melakukan transaksi dagang dengan Korut. "Sedang dicari jalan keluar agar tidak melanggar sanksi," kata pejabat Korsel yang tak mau disebutkan namanya kepada Reuters.
Atlet Korut juga harus mengembalikan tongkat hoki, sepatu luncur es, dan peralatan lain buatan perusahaan Finlandia yang disewa Korsel untuk Korut sebelum pulang ke Korut.
Akibat sanksi
Pemerintah Korsel dan penyelenggara Olimpiade dibuat repot gara-gara sanksi internasional termasuk larangan bepergian, larangan penjualan barang mewah, dan larangan penjualan peralatan olahraga terhadap Korut itu. Korsel jadi kerepotan karena mereka ingin memberikan layanan dan keuntungan sama dan terbaik bagi semua atlet tanpa melanggar sanksi.
Kementerian Unifikasi Korsel menyebutkan, urusan penerbangan tim Korut dari Korsel dengan maskapai penerbangan juga repot karena harus mendapat izin sementara dari AS. Dalam aturan AS, pesawat atau kapal apa pun yang masuk ke Korut tidak boleh masuk ke AS selama 180 hari. Kalau dari sisi aturan militer Korsel, pesawat itu juga tidak boleh terbang di atas wilayah zona demiliterisasi Korsel-Korut.
Korsel berusaha memberikan layanan terbaik kepada delegasi Korut. Ini terlihat dari 230 anggota tim sorak Korut yang akan menginap di Inje Speedium, hotel bintang empat dengan tarif kamar Rp 3 juta per malam. Tim penampil taekwondo akan menginap di hotel bintang lima, Grand Walkerhill di pinggir Sungai Han. Bukan kali ini Korsel merogoh kocek sedemikian besar. Ketika Korut ke Korsel untuk ajang Asian Games 2002, Korsel mengeluarkan biaya Rp 16,2 miliar. (REUTERS/LUK)