Para pelancong muda asal Iran tidak segan-segan untuk mencari tumpangan kendaraan. Mereka juga melakukan perjalanan wisata secara mandiri. Aktivitas ini sangat populer di Instagram dan Telegram. Dua aplikasi media sosial tersebut paling banyak digunakan di Iran. Beberapa akun Instagram dan Telegram bahkan memiliki lebih dari 200.000 pengikut.
Iran telah lama memiliki para elite yang berdiaspora, seperti ke Amerika Serikat dan Eropa, setelah Revolusi 1979. Namun, kini giliran kelas menengah di Iran ”merentangkan sayap” untuk menjelajah dunia. Mereka harus berupaya untuk mengatasi rintangan budaya dan kecemasan dari orangtua.
Perempuan pelancong, Sara Louee (31), dibesarkan dengan cara pikir bahwa liburan adalah melakukan perjalanan bersama keluarga ke kawasan tepi Laut Kaspia, Iran utara. Namun, dua tahun lalu, cara pandangnya berubah.
Saat itu, dia bertemu dengan sekelompok turis asing melalui komunitas Couchsurfing di situs www.couchsurfing.com. Louee kemudian bergabung dengan para wisatawan asing ini saat mereka menumpang mobil menuju kota kuno Yazd di Iran. Ketika itu, Louee tidak siap untuk jalan-jalan. ”Saya sama sekali tidak memiliki peralatan. Saya memakai sepatu perempuan yang bersol tipis dan meminjam ransel dari seorang teman,” ucapnya.
Namun, perjalanan bersama wisatawan asing membuat pikirannya terbuka atas berbagai kemungkinan di dunia. Louee segera menabung untuk membiayai 40 hari perjalanannya keliling Eropa. Tak hanya itu, untuk mewujudkan mimpinya, ia harus ”bertarung” menghadapi pola pikir konservatif dari orangtuanya.
”Keluarga saya tak bisa menerima rencana jalan-jalan itu dengan mudah atau menerimanya dalam semalam. Saya mengalami banyak rasa sakit, tetapi secara bertahap saya terlebih dahulu melakukan perjalanan yang lebih singkat hingga mendapatkan kepercayaan orangtua,” kata Louee. Ia sekarang menulis blog dan secara teratur mengunggah cerita tentang perjalanannya.
”Akhir-akhir ini, jika saya hanya tinggal di rumah pada akhir pekan, ayah akan menghampiri saya dan bertanya apakah ada yang tidak beres,” ujarnya sambil tertawa.
Khawatir pada orang asing
Banyak anak muda Iran, khususnya perempuan pelancong, mengatakan, mereka selama ini diajarkan bahwa melakukan perjalanan seorang diri sangat berbahaya. ”Ketika saya mengatakan bahwa saya tinggal di sebuah hostel di Eropa, orang-orang Iran umumnya akan terkejut dan mengatakan, ’Maksudmu ada banyak orang asing di dalam kamarmu? Tidakkah mereka melakukan hal-hal buruk padamu?’” kata Mahzad Elyassi, seorang bloger wisata.
Elyassi mendengar kata hitchhiking atau perjalanan dengan menumpang kendaraan milik orang lain untuk pertama kalinya pada tahun 2015. Sejak itulah, ia melancong ke 32 provinsi di Iran dan ke 20 negara di dunia. ”Kita telah membuktikan bahwa Iran sangat aman untuk aktivitas jalan-jalan. Hal ini sekarang menjadi tren,” ujarnya.
Pada tahun lalu, Iran mencatat ada sekitar 9,2 juta pelancong yang melakukan perjalanan ke luar Iran. Jumlah ini merupakan kenaikan 38,5 persen dari tahun sebelumnya dan hampir dua kali lipat dari jumlah pelancong pada 10 tahun lalu.
Tren jalan-jalan ini tidak lepas dari pengaruh Presiden Iran Hassan Rouhani yang mulai berkuasa pada 2013. Ia sebelumnya berjanji untuk memperbaiki hubungan Iran dengan dunia.
Pelancong Iran sebenarnya menghadapi banyak hambatan karena tidak diterima di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat. Washington tahun ini melarang mereka masuk ke Amerika Serikat kecuali memiliki keluarga dekat. Negara-negara Eropa juga memiliki prosedur ketat dan melelahkan bagi wisatawan.
Namun, sebagian besar negara siap menyambut ledakan wisatawan Iran. Saat ini ada 38 negara yang membebaskan visa untuk warga Iran, termasuk Georgia, Rusia, Turki, dan Malaysia. Pembahasan bebas visa dilaporkan juga sedang berlangsung dengan India.
Kebijakan tersebut membantu mendorong aktivitas jalan-jalan para warga non-elite dengan fokus ke negeri-negeri yang lebih murah. ”Mungkin warga Iran tidak memiliki uang untuk bepergian ke Eropa, tetapi mereka bisa menjelajahi tempat-tempat di Asia Tenggara,” ujar Elyassi.
Peranan teknologi dinilai sangat penting dalam mendorong ledakan turis Iran. Bagi Reza Pakravan (43), ketika ia mulai melakukan aktivitas jalan-jalan mandiri bertahun-tahun silam, Google Maps belum ada.
”Orang tidak dapat dengan mudah melakukan perjalanan dan berbagi pengalaman,” kata Pakravan, pelancong paling terkenal di Iran setelah memecahkan rekor dunia melintasi Gurun Sahara dengan menggunakan sepeda.
Alireza Zafari (38) telah menghabiskan waktu selama dua tahun pada proyek ambisius mendokumentasikan seluruh wilayah Iran bagi wisatawan. Proyek ini diperkirakan akan selesai delapan tahun lagi.
Zafari berharap proyek ini akan mendorong lebih banyak lagi warga Iran dan turis asing mengunjungi tempat-tempat wisata yang indah di negara itu daripada pergi ke negara lain. Turki dilaporkan masih menjadi pilihan utama warga Iran sehingga ada 2,1 juta kunjungan ke negara itu pada tahun lalu.
”Alasan di balik gelombang wisata itu adalah orang kini semakin sadar terhadap dunia dan teknologi memberi mereka akses mudah terhadap informasi yang dibutuhkan,” kata Zafari.