Di Afghanistan, AS telah menghabiskan waktu 16 tahun untuk berperang di Afghanistan. Namun, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda pihak yang diperangi AS dan sekutunya itu akan kalah.
Kondisi serupa juga terjadi di Yaman. Setelah perang saudara selama tiga tahun, belum ada tanda-tanda pemerintahan Presiden Abdurabbuh Mansour Hadi bisa kembali menguasai Yaman sepenuhnya.
Di Sana’a, tentara dan milisi pendukung Hadi belum mampu menguasai kembali kota itu. Dari perbukitan tempat mereka bertahan sekarang nyaris tidak ada lokasi aman untuk maju ke arah Sana’a tanpa jadi sasaran tembak Houthi. Padahal, pasukan Hadi disokong artileri berat dan armada udara koalisi Arab Saudi.
Al-Daibany mengatakan, pemerintahan Hadi akan mengambil alih Sana’a secara perlahan. Sembari merebut kembali Sana’a, pasukan Hadi ingin memberi jalan kepada penduduk sipil agar bisa mengungsi keluar dari kota itu. ”Saya merindukan keluarga saya. Kami berjanji akan segera tiba,” kata Kolonel Yahya al-Hatimi, salah seorang perwira pasukan Hadi yang ikut bertahan di perbukitan di luar Sana’a.
Namun, pasukan Hadi harus rela menyimpan kerinduan itu lebih lama. Mereka harus berupaya keras mempertahankan Aden, ibu kota Yaman yang dikendalikan pemerintahan Hadi dari serangan pasukan Dewan Transisi Selatan (STC). Dengan dukungan Uni Emirat Arab (UAE), STC berhasil merebut beberapa pos dan daerah penting di Aden. Uniknya, pada awal konflik di Yaman meletus, STC dan Hadi pernah saling bantu menghadapi Houthi
Konflik di Aden sebenarnya sudah bisa diprediksi sejak lama. Salah satu indikasinya adalah pemecatan Gubernur Aden, Aidarouss al-Zoubeidi dan Hani bin Breik dari posisi menteri di kabinet Hadi. Bin Breik merupakan sekutu UAE dan mendapat banyak sokongan militer dari negara itu.
Dengan tambahan konflik di Aden, pemerintahan Yaman disinyalir bakal kehilangan kontrol atas banyak wilayah. Hal itu membuat Yaman mendekati negara gagal.
”Yaman memenuhi hampir semua kriteria sebagai negara gagal,” kata peneliti di lembaga kajian Chatham House, Peter Salisbury.
Sementara itu, sejumlah sumber di AS dan Saudi menyebut koalisi Saudi frustrasi dengan Hadi. Hingga saat ini, Hadi belum juga mampu mengambil alih Yaman. Setelah wilayah utara jatuh ke tangan Houthi, kini Hadi mulai kehilangan kendali atas wilayah selatan. ”Mungkin berlebihan menyebut pemerintahan Hadi sudah berakhir. Akan tetapi, sudah layak menyebut Yaman bersatu akan berakhir,” kata peneliti lain di Chatham House, Farea al-Muslimi.
Yaman dikhawatirkan akan bernasib seperti Afghanistan. Negara itu hingga saat ini terus dilanda konflik. (AP/AFP/RAZ)