Langit Suriah dan Israel, Sabtu (10/2), menyaksikan duel udara terseru, sejak duel udara Israel-Suriah tahun 1982 di atas langit Lebanon. Duel bermula dari keberhasilan pesawat tanpa awak yang lepas landas dari pangkalan udara di Homs, Suriah, Sabtu dini hari, memasuki wilayah udara Israel melalui teritorial udara Jordania.
Helikopter tempur Apache milik Israel dari skuadron 113 segera menembak jatuh pesawat tanpa awak itu, saat pesawat nirawak masuk teritorial udara Israel sekitar 1,5 menit. Israel menuduh pesawat tanpa awak itu milik Iran. Namun, Komandan Garda Revolusi Iran Jenderal Hossein Salami membantahnya.
Sejumlah pesawat tempur Israel juga segera melancarkan serangan balasan atas sasaran Iran dan Hezbollah di Homs dan Palmyra, termasuk pangkalan udara yang menjadi tempat lepas landas pesawat nirawak.
Sistem antiserangan udara Suriah berhasil menembak jatuh pesawat tempur F16 Israel yang ikut dalam serangan balasan. Satu pesawat tempur F15 Israel mendarat darurat, setelah juga terkena tembakan antiserangan udara Suriah.
Israel lalu kembali mengirim 8 pesawat tempur F16 ke Suriah untuk menggempur sedikitnya 12 sasaran. Sasaran-sasaran ini meliputi antara lain 3 sasaran sistem antiserangan udara, kamp militer pasukan elite Suriah di dekat Damaskus, dan sasaran Iran di Homs dan provinsi lainnya.
Presiden Suriah Bashar Al Assad sudah siap meluncurkan 6 rudal Scud ke arah Israel sebagai balasan. Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin mencegahnya ketika Assad meminta izin. Menurut Putin, sudah cukup dengan jatuhnya pesawat tempur F16 Israel.
100 pesawat tempur
Duel udara di atas langit Suriah dan Israel tersebut, meskipun tingkatnya lebih rendah, mengulang duel udara 36 tahun lalu, yakni pada Juni 1982. Saat itu, di atas langit Lebanon, terjadi duel udara terbesar Israel-Suriah sejak perang Arab-Israel 1973 yang melibatkan lebih dari 100 pesawat tempur.
Dalam duel 1982, lebih dari 80 pesawat tempur Suriah ditembak jatuh dan 29 peluncur rudal antiserangan udara SAM buatan Rusia hancur. Israel hanya mengalami kerugian satu pesawat jatuh.
Dalam konteks pertarungan geopolitik, duel udara Sabtu lalu dan duel udara tahun 1982 tak lepas dari bayang-bayang pertarungan Amerika Serikat dan Rusia. Karena itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung berkomunikasi dengan Rusia dan AS, meminta segera turun tangan menurunkan ketegangan di Suriah.
Dubes Israel untuk Rusia Gary Koren kepada kantor berita Rusia, Interfax, mengungkapkan, harus diperkuat koordinasi Tel Aviv-Moskwa untuk menurunkan eskalasi di Suriah. Israel yakin Rusia berada di balik kemampuan Suriah menjatuhkan pesawat tempur F16 Israel.
Sejumlah diplomat Barat yang dikutip harian Al Hayat edisi Minggu kemarin menyebut, ada dua faktor yang memperkuat peran Rusia di balik duel udara Suriah-Israel. Pertama, semua sistem antiserangan udara Suriah saat ini dikendalikan konsultan militer Rusia. Kedua, Rusia telah menempatkan S-400 di Suriah yang merupakan sistem antiserangan udara dan rudal tercanggih.