Menurut Presiden, kini semakin banyak negara menerapkan proteksionisme lewat hambatan tarif dan nontarif. Hal itu merupakan dampak dari persaingan yang makin ketat. ”Semua ingin menjadi pemenang. Hal itu menjadi tantangan diplomat,” ujar Presiden dalam rapat kerja 134 kepala perwakilan Indonesia di luar negeri, Senin (12/2), di Jakarta.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, dalam rapat kerja, ada sesi khusus soal diplomasi ekonomi. Para kepala perwakilan RI akan berdiskusi dengan pimpinan perusahaan di Indonesia. Ini dilakukan karena diplomasi ekonomi sangat membutuhkan peran pengusaha.
Pasar baru
Diplomat juga diharapkan bisa membuka pasar-pasar baru untuk investasi dan produk Indonesia. Selama ini sejumlah negara masih dipandang sebelah mata. Padahal, negara-negara itu pasar potensial.
Presiden mencontohkan Bangladesh dengan 160 juta penduduk dan perekonomiannya tumbuh 7,2 persen. Selain itu, ada Pakistan dengan 204 juta penduduk dan pertumbuhan ekonomi 6,7 persen. ”Pasar besar, pertumbuhan tinggi. Harus digarap serius,” ujar Presiden.
Para diplomat diminta menggali data produk apa yang laku di suatu negara. ”Indonesia bisa membuat apa saja. Pelajari apa yang dibutuhkan di sana, apa warnanya,” ujar Presiden.
Para diplomat diminta pula untuk mencari informasi pameran sejak jauh-jauh hari. Jika ada pameran di suatu negara, diplomat Indonesia diminta memesan banyak gerai yang menempati posisi mudah dilihat pengunjung.
Indonesia tidak boleh lagi menempati gerai kecil dan di pinggiran. ”Kalau kecil-kecil, itu hanya cari proyek. Tidak usah diteruskan,” kata Presiden.
Presiden memberi para diplomat tugas untuk mempromosikan Indonesia Expo pada Oktober 2018. Mereka diminta mendatangkan calon pembeli dan pengunjung pameran sebanyak mungkin.
Menurut Presiden Jokowi, pameran di luar negeri dan Indonesia Expo adalah tempat mempromosikan produk Tanah Air. Promosi dibutuhkan agar produk Indonesia laku di luar negeri dan ekspor bisa meningkat.
Soal investasi, diplomat tidak hanya mencari calon investor. Mereka juga harus mencari peluang investasi untuk Indonesia. ”Negara kita sanggup berinvestasi di luar negeri. Saya bisa perintahkan BUMN berinvestasi di sana,” papar Presiden.
Namun, menurut Presiden, diplomat tetap harus membela kepentingan rakyat Indonesia, mendorong perdamaian dan nilai-nilai kemanusiaan, serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Presiden juga meminta diplomat optimal dalam melayani warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia di luar negeri. Diplomat harus pula mengubah cara pandang agar tidak lagi berlama-lama dalam memberikan pelayanan.