KUWAIT CITY, SELASA — Amerika Serikat mengingatkan bahwa perang melawan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah belum selesai. Oleh karena itu, para sekutu AS harus tetap fokus terhadap tujuan utama mereka.
Pernyataan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson itu dinyatakan dalam kunjungan ke Kuwait, Selasa (13/2). Hubungan AS dan mitranya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Turki, menegang karena AS mempersenjatai milisi Kurdi, Unit Pelindung Rakyat (YPG). Milisi YPG merupakan sekutu utama AS dalam melawan NIIS di Suriah. Namun, bagi Turki, YPG adalah ”kelompok teroris”.
Situasi ini juga semakin diperumit ketika perseteruan Iran dan Suriah di satu sisi, melawan Israel, memanas akhir-akhir ini. Muncul ancaman perang baru di wilayah yang sudah penuh dengan peperangan.
”Berakhirnya operasi di wilayah pertempuran tidak berarti kekalahan NIIS abadi. NIIS tetap menjadi ancaman serius terhadap stabilitas di kawasan dan wilayah lain di dunia. Tanpa dukungan berkelanjutan dari anggota-anggota koalisi, kelompok ekstremis seperti NIIS bisa kembali dan mengembangkan pengaruhnya di lokasi-lokasi baru,” kata Tillerson.
Ia ingin semua pihak kembali fokus pada tujuan utama, termasuk mewujudkan transisi politik di Suriah. ”Kondisi saat ini sudah rumit. Jangan menambah kerumitan lagi,” kata Tillerson.
Ultimatum Turki
Menurut rencana, Tillerson akan mengakhiri kunjungannya ke lima negara di Turki, Jumat (16/2). Menlu Turki Melvut Cavusoglu sudah mengisyaratkan bahwa kunjungan Tillerson akan menentukan apakah kedua negara akan tetap menjadi mitra atau berseberangan.
”Hubungan kami berada di tahap yang kritis. Apakah kita akan memperbaiki hubungan ini atau hubungan ini sama sekali terputus,” kata Cavusoglu.
Pernyataan itu diperkuat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat berbicara di depan para anggota parlemen partainya. ”Keputusan sekutu kita untuk memberikan dukungan finansial kepada YPG akan berdampak terhadap keputusan yang akan kita ambil,” kata Erdogan mengomentari rilis anggaran pertahanan AS 2019 yang menyebutkan adanya dana untuk melatih pasukan lokal melawan NIIS.
Washington sebelumnya menyatakan, mereka tidak berencana menarik pasukan dari Manbij. Kunjungan dua komandan pasukan AS ke kota itu, pekan lalu, memperkuat sikap AS. ”Sangat jelas bahwa pihak yang mengatakan ’kami akan merespons dengan agresif siapa pun yang menyerang kami’ tidak pernah merasakan tamparan Ottoman,” kata Erdogan yang merujuk pada pernyataan Letjen Paul Funk dalam kunjungan ke Manbij.
Para pengamat memperkirakan, pembicaraan Tillerson di Turki akan sulit. AS akan mengapresiasi kekhawatiran Turki, tetapi AS juga ingin hal itu tidak memperlemah misi AS di Suriah. Pihak AS berkeyakinan, jika kubu Kurdi di Suriah terancam, mereka akan memindahkan pasukannya dari wilayah perang dengan NIIS. Hal itu dianggap akan semakin memperpanjang upaya perang melawan NIIS.