Langit Beijing Kembali Membiru
Selama bertahun-tahun, musim dingin berarti tanpa langit biru di Beijing dan banyak kota di China. Polusi mengantarkan kabut pekat ke sejumlah kota di China. Polusi udara itu gabungan dampak industrialisasi masif dan musim dingin di sana. Beberapa tahun terakhir, China bertekad mengubah keadaan itu.
Sampai 2015, langit Beijing dan banyak kota lain di China otomatis kelabu selama musim dingin. Angin membawa asap dari beberapa cerobong di banyak pabrik ke sejumlah kota di China. Asap itu lalu terperangkap di banyak kota.
”Jangankan langit, melihat benda 100 meter di depan saja tidak bisa. Pekat sekali kabutnya,” kata Azwar, seorang warga negara Indonesia yang beberapa tahun terakhir tinggal di Beijing.
Kabut pekat itu juga membawa hal yang lebih berbahaya, partikel halus dalam udara. Berbagai pengukur kualitas udara di China pernah mencatat tingkat kandungan partikel yang lazim disebut PM2,5 itu pernah melewati angka 300. Padahal, udara sudah disebut mengandung polusi jika indeksnya minimal 101.
”Selain jaket tebal, musim dingin juga harus siap-siap masker tebal. Tidak bisa lagi memakai masker tipis,” ujar seorang warga Beijing yang mengaku bernama Lisa Chan.
Kabut tebal di beberapa kota di China mirip dengan kabut asap di Indonesia saat kebakaran melanda sejumlah provinsi. Dalam kondisi itu, mereka yang bernapas tanpa mengenakan masker kerap merasakan sesak dan sakit di saluran pernapasan.
Kabut asap di China dan Indonesia sama-sama dari hasil pembakaran. Bedanya, Indonesia dari hutan dan gambut. Sementara kabut di China berasal dari pembakaran batu bara untuk pembangkit listrik hingga pemanas. Industrialisasi menuntut konsumsi listrik dalam jumlah besar.
Musim dingin yang bisa menurunkan suhu hingga belasan angka di bawah nol derajat celsius membuat pemanas mutlak dibutuhkan. Penggunaan pemanas dalam jumlah besar otomatis membuat produksi kabut asap melonjak.
Perubahan
Pada 2013, kabut asap yang menutup China tercatat paling buruk sejak 1961. Kualitas udara amat jauh di atas ambang batas untuk dikategorikan sehat. Dari 35 provinsi, 25 di antaranya tertutup kabut asap. Wilayah yang tertutup kabut mencapai lebih dari 1,4 juta kilometer persegi dan didiami 800 juta orang.
Seperti diberitakan kantor berita Xinhua, Pemerintah China amat gelisah dengan fakta itu. Pada September 2013, Pemerintah China mengumumkan perang terhadap polusi udara.
Dewan Negara mengumumkan Rencana Aksi Pencegahan dan Pengendalian Polusi Udara. Rencana itu bertujuan meningkatkan kualitas udara dalam lima tahun sejak 2013. Rencana itu untuk menurunkan kandungan partikel PM10 hingga 10 persen lebih rendah dari catatan 2012 dan kandungan PM2,5 di Beijing-Tianjin-Heibei pada kisaran 25 persen. Secara khusus, untuk Beijing ditetapkan harus bisa menurunkan kandungan PM2,5 menjadi pada kisaran 60 mikrogram per meter kubik.
Awalnya, banyak yang pesimistis dengan target itu. Tentu saja tidak mudah melakukan itu.
China butuh bertahun-tahun untuk mendapatkan hasil sebaik sekarang. Dimulai pada 2013 dengan memasang pengukur kualitas udara di 74 kota. Dengan cara itu, polusi udara bisa terus terpantau dan terukur jelas.
Pemerintah daerah, terutama di kota yang dipasangi pemantau kualitas udara, diawasi oleh pemerintah pusat. Hukuman siap menanti pejabat daerah yang dinilai gagal atau lalai mencapai target pengendalian kualitas udara. Para pelanggar harus siap diumumkan namanya jika gagal.
Ganti gas
Tidak hanya hukuman disiapkan. Pemerintah China juga menyediakan dana hingga 3 miliar dollar AS untuk mendukung rencana tersebut.
Dana itu antara lain dipakai untuk mengontrol sumber polusi, seperti batubara dan kendaraan. Dengan dana itu, pemerintah membantu pergantian sumber energi yang lebih bersih dari batubara.
Di sekitar Beijing, sebanyak 974.000 rumah di 2.237 desa mengganti pemanas dari batubara ke gas. Pergantian tersebut memangkas penggunaan batubara hingga 2,9 juta ton. Beijing berambisi menjadi kota bebas batubara pada akhir tahun 2018.
Pemerintah juga melarang mobil berusia lebih dari lima tahun mendekati Beijing. Jarak terdekat untuk mobil-mobil itu adalah 40 kilometer dari pusat Beijing.
China juga mendorong penggunaan kendaraan bertenaga listrik, baik untuk kendaraan pribadi maupun umum. Di berbagai penjuru Beijing mudah ditemui tempat isi daya ulang untuk aneka kendaraan. Sementara di jalan terbentang kabel yang terhubung bus kota.
Negara itu menjadi pengguna kendaraan bertenaga listrik terbanyak di Bumi. Secara resmi, tercatat sedikitnya ada 1,5 juta mobil listrik di China. Jumlah kendaraan bertenaga listrik lebih banyak lagi jika menghitung sepeda listrik, yang hampir semuanya tidak terdaftar.