Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kini menghadapi ujian terberat sepanjang karier politiknya. Ini menjadi pertaruhan masa depan politiknya dan sekaligus jabatan sebagai perdana menteri.
Netanyahu tercatat menjabat PM pada tahun 1996-1999. Ia kemudian berhasil menjabat kembali PM pada tahun 2009 hingga sekarang. Ujian terberat PM Netanyahu kali ini bukan politik, melainkan terkait hukum dan etika. Pertanyaan kini muncul, apakah Netanyahu bisa terus bertahan sebagai PM atau akan jatuh dalam waktu dekat akibat kasus hukum dan etika itu?
Pertanyaan tersebut muncul menyusul langkah kepolisian Israel, Senin (12/2), yang memberi rekomendasi kepada Jaksa Penuntut Umum Israel Avichai Mandelblit agar Netanyahu diseret ke pengadilan dengan dakwaan korupsi.
Munculnya rekomendasi itu berdasarkan hasil penyidikan dan kesaksian yang dimulai Agustus 2017 hingga awal 2018 terkait kasus yang dikenal dengan kasus 1000 dan 2000.
Dalam kasus 1000, Netanyahu diduga menerima hadiah berharga dari pengusaha dan sahabat-sahabatnya dari luar Israel yang merupakan pelanggaran terhadap hukum Israel.
Kasus 2000 adalah upaya PM Netanyahu pada tahun 2014 membuat kesepakatan dengan penerbit harian Yedioth Ahronoth, Noni Mozes, untuk mengubah kebijakan redaksinya yang cenderung anti-Netanyahu. Imbalannya adalah Netanyahu tidak menolak hukum yang mencegah beredarnya harian Israel, Hayom, secara gratis atau Netanyahu menekan pemilik harian Hayom, Sheldon Adelson, tidak menerbitkan versi mingguan koran itu.
Pada awal Agustus 2017, kasus 1000 dan 2000 itu cukup menggemparkan masyarakat Israel dan menimbulkan pertarungan antara PM Netanyahu dan kepolisian Israel. Namun, dua kasus tersebut memang butuh proses penyidikan lebih jauh dan kesaksian lebih mendalam yang dijadwalkan dilakukan hingga awal 2018.
Kejaksaan umum Israel saat itu menandatangani kesepakatan dengan Ari Harow sebagai saksi kunci dalam kasus 1000 dan 2000. Ari Harow adalah salah satu mantan orang terdekat dan kepercayaan PM Netanyahu yang banyak mengetahui seluk beluk keuangan dan ekonomi Netanyahu dan keluarganya.
Setelah proses penyidikan dan kesaksian berjalan enam bulan, kepolisian Israel kembali bersikukuh tentang keterlibatan PM Netanyahu dalam dua kasus itu. Pada Jumat (16/2), ribuan rakyat Israel menggelar unjuk rasa di kota Tel Aviv menuntut Netanyahu mundur dari jabatan sebagai PM.
Serangan balik
Namun, Netanyahu justru melancarkan serangan balik dengan menuduh kepolisian Israel hendak melakukan kudeta. Ia menyebut tuduhan korupsi itu sebagai konspirasi yang dilakukan kepolisian dan lawan-lawan politiknya.
Netanyahu berusaha mengalihkan isu korupsi itu dari kasus hukum menjadi kasus politik dan menjelma menjadi pertarungan antara Netanyahu di satu pihak dengan kepolisian dan lawan-lawan politiknya di pihak lain.
Nasib Netanyahu ke depan akan bergantung pada siapa yang akan menang dalam pertarungan yang akan alot itu. Jika kepolisian menang dan sukses menjadikan kasus 1000 dan 2000 sebagai kasus hukum dan etika, Netanyahu bisa dipastikan cepat atau lambat akan jatuh. Sebaliknya, jika Netanyahu berhasil mengalihkan isu itu menjadi komoditas politik, ia akan selamat dan bertahan sebagai PM karena akan didukung kubu kanan dan agama Israel.
Seperti diketahui, kubu kanan Israel saat ini sedang dalam masa kejayaannya. Sebaliknya kubu kiri Israel yang merupakan lawan politik kubu kanan tengah mengalami masa suram. (Musthafa Abd. Rahman, dari Kairo, Mesir)