Ketika ketegangan merebak di kawasan Timur Tengah, publik kerap melihat tarik-menarik antara dua kekuatan besar. Masing- masing kemudian teretas pada kutub Arab Saudi di satu pihak dan Iran di kutub yang lain.
Riyadh mewakili kemakmuran dan kedigdayaan ekonomi di satu sisi, sedangkan Iran merupakan simbol kekuatan perlawanan pada hegemoni Barat, khususnya Amerika Serikat dan Israel.
Teheran adalah satu-satunya kekuatan di kawasan yang mampu memaksa negara-negara adidaya dunia untuk berunding dengan Iran sebagai mitra setara. Kemapanan Iran dalam teknologi pengayaan nuklir membuat negeri itu memiliki daya tawar yang tidak boleh diremehkan.
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia menarik untuk dilihat, bagaimana pemerintahannya menempatkan diri dalam tarikan kepentingan di kawasan Timur Tengah. Untuk mengetahuinya, berikut petikan wawancara dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Iran Octaviano Alimudin, Rabu (14/2), di Jakarta.
Apa pendapat Teheran soal pilihan Indonesia untuk dekat dengan Arab Saudi dan sekutunya sekaligus juga baik dengan Iran?
Iran memahami, Indonesia menerapkan politik bebas aktif. Iran menganggap Indonesia sebagai sahabat yang tulus, tidak punya kepentingan tersembunyi saat menjalin hubungan.
Indonesia, sebagai negara berpenduduk Muslim terbanyak, Muslim Sunni, juga dipandang mitra dialog yang terbuka.
Bagaimana pendapat Iran soal adanya sebagian kalangan yang memiliki sentimen anti-
Iran di Indonesia?
Mereka mengetahui keterbukaan Indonesia dan memahami kebebasan berekspresi di sini. Mereka selalu berusaha mendorong dialog.
Apakah ada tanda-tanda pergantian tatanan pemerintahan pasca-unjuk rasa di banyak kota beberapa waktu lalu?
Memang ada unjuk rasa dan di beberapa tempat ada insiden. Setelah beberapa waktu, semua reda. Pendukung dan penolak pemerintah sama-sama kembali ke posisi masing-masing.
Selama unjuk rasa, semua berjalan normal. Kan, unjuk rasanya malam hari, setelah semua selesai kerja. Jadi, aktivitas perekonomian tidak terganggu.
Amankah bagi pengusaha Indonesia untuk investasi ke sana, terutama mempertimbangkan sanksi internasional yang belum sepenuhnya dicabut?
Indonesia sudah mulai berinvestasi di sana, terutama sektor energi. Indonesia akan masuk ke tambang gas di sana.
Soal sanksi internasional, masih ada peluang untuk berinvestasi. Bisa menggunakan mata uang yang tidak berpotensi terimbas sanksi, masuk pada sektor atau berhubungan dengan pihak yang tidak terkena sanksi. Apalagi, setelah kesepakatan nuklir, sanksi mulai dilonggarkan.
Sekarang ada banyak peluang di Iran.
Apakah WNI di Iran khawatir dengan perkembangan di Iran dan kawasan sekitarnya?
Waktu unjuk rasa beberapa waktu lalu, kami menghubungi WNI dan mereka mengatakan semua baik-baik saja.
Soal perkembangan kawasan, WNI di Iran juga merasa baik-baik saja. (RAZ)