Laporan Australian Financial Review (AFR), Senin (19/2), yang dikutip Reuters, menyebutkan, rencana dengan melibatkan empat mitra kawasan itu masih ”sangat dini” dan ”belum matang untuk diumumkan dalam kunjungan Perdana Menteri Australia Turnbull ke AS pekan ini”.
Sumber pejabat Australia yang identitasnya tak diungkapkan itu menyatakan, proyek infrastruktur itu akan dibicarakan secara serius dalam pertemuan antara Turnbull dan Presiden AS Donald Trump. Namun, sumber itu menyebutkan, Australia lebih memilih penyebutan proyek tersebut sebagai ”alternatif” terhadap proyek infrastruktur besar China daripada sebagai ”rival”.
”Tidak ada yang melarang China membangun infrastruktur. China mungkin bisa membangun pelabuhan, yang tidak layak dari sisi ekonomi jika berdiri sendiri. Kami mampu membuatnya menjadi layak secara ekonomi dengan membangun jalan raya atau jalur kereta api yang menghubungkan pelabuhan itu,” ujar sumber ini.
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dan Menteri Perdagangan Steven Ciobo tidak memberikan komentarnya.
Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, ketika ditanya dalam jumpa pers mengenai soal ini, menyebutkan, Jepang, AS, India, dan Australia secara berkala bertukar pikiran mengenai isu-isu yang menjadi perhatian bersama. ”Bukan berarti bahwa hal ini untuk menandingi proyek Jalan Sabuk China,” kata Suga.
Indo-Pasifik
Menurut AFR, Jepang akan memanfaatkan bantuan pembangunan (ODA) untuk mempromosikan ”Free and Open Indo-Pacific Strategy” (Strategi Indo Pasifik yang Bebas dan Terbuka), termasuk pembangunan ”infrastruktur berkualitas tinggi”. Hal ini terdapat dalam draf kesimpulan ”Buku Putih” soal ODA. Strategi Indo-Pasifik itu telah didukung oleh Washington.
Pemerintah AS, India, Jepang, dan Australia pada November 2017 mengaktifkan kembali pembicaraan empat arah (Quadrilateral Security Dialogue/Quad) untuk mengawasi jalur pelayaran dari Samudra Hindia sampai Samudra Pasifik dan Laut China Selatan. Deklarasi Quad dinyatakan dalam pertemuan di Manila, Filipina, di luar KTT ASEAN dan KTT Asia Timur, November lalu.
Gagasan Quad pertama kali diangkat oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada 2007. Namun, inisiatif itu batal setelah diprotes oleh Beijing yang menganggap kerja sama pertahanan dengan India dimaksudkan untuk menghambat China.
Peran Asia
Presiden China Xi Jinping pertama kali mengungkapkan proyek Jalan Sabuk atau Jalur Sutra China dalam pidato di hadapan mahasiswa di Kazakhstan tahun 2013. Xi mengatakan, proyek ini bisa menjadi kendaraan negara-negara di Asia untuk mengambil peran lebih besar di panggung internasional dengan mendanai dan membangun jaringan transportasi serta perdagangan global di lebih dari 60 negara.
Sejak pencanangan itu, Xi gencar mengampanyekannya, antara lain dengan mengundang para pemimpin dunia ke pertemuan puncak di Beijing. Saat itu, ia menjanjikan 124 miliar dollar AS untuk mendanai proyek tersebut dan mengukuhkannya dalam konstitusi Partai Komunis China, Oktober tahun lalu.
Perusahaan-perusahaan negara dan swasta di China kemudian berlomba-lomba memberikan dukungan, antara lain dengan melakukan investasi di luar negeri.
Pada Januari lalu, Beijing meluaskan ambisinya sampai ke Antartika dengan inisiatif pembangunan jalur pelayaran bernama ”Jalur Sutra Kutub”.
China juga pada Januari meng- undang negara-negara Amerika Latin serta negara-negara Karibia untuk bergabung dalam proyek besar infrastrukturnya. Langkah ini akan berdampak pada peran AS yang secara historis sangat kuat di kawasan itu.