Ada Sejumlah Tanda Aneh, tetapi Tak Bisa Dicegah
Dikeluarkan dari sekolah, berkelahi dengan sesama murid, tergila-gila dengan senjata, menganiaya hewan, dan pernah mendapat perawatan jiwa adalah sebagian gambaran dari kepribadian Nikolas Cruz seperti diketahui orang-orang sekelilingnya. Bahkan, beberapa pekan sebelum penembakan yang dilakukannya, pemuda berusia 19 tahun ini pernah mengunggah komentar yang mencurigakan.
Sayangnya, tak ada yang bisa berbuat sesuatu sehingga kejadian fatal pada Rabu pekan lalu itu terjadi. Sebanyak 17 orang tewas dan belasan orang lainnya luka-luka oleh berondongan peluru yang dimuntahkan senapan semiotomatis yang dimiliki Cruz. Tampaknya Cruz seorang penembak berdarah dingin. Sementara orang masih ketakutan dan shock, dengan tenang Cruz berjalan meninggalkan bekas sekolahnya menuju restoran cepat saji sebelum akhirnya ditangkap aparat.
Andai Cruz tinggal di California, mungkin ceritanya akan lain. Negara bagian ini pada tahun 2014 mulai memberlakukan ketentuan yang memungkinkan sanak saudara meminta pengadilan untuk menarik senjata milik seseorang yang dianggap berbahaya. Ketentuan itu dibuat karena ada latar belakang yang agak mirip dengan kejadian pekan lalu. Seorang pria sakit jiwa menembaki mahasiswa di University of California yang mengakibatkan 6 korban tewas dan 13 korban luka. Pelaku kemudian bunuh diri dengan cara menembak dirinya.
Sejak itu, negara-negara bagian lain, terutama yang dikuasai Partai Demokrat, tertarik membuat ”undang-undang bendera merah” atau red flag law. Negara Bagian Washington, Oregon, Indiana, dan Connecticut mengikuti California menerapkan ketentuan itu. Adapun 18 negara bagian lain sedang menunggu keputusan untuk bisa menerapkan hal serupa.
Andai Cruz tinggal di California, mungkin ceritanya akan lain. Negara bagian ini memberlakukan ketentuan yang memungkinkan sanak saudara meminta pengadilan menarik senjata milik seseorang yang dianggap berbahaya.
Setelah penembakan pada Rabu pekan lalu, muncul perdebatan di Florida apakah guru atau petugas administrasi di sekolah mempunyai kewenangan mengajukan permintaan ke pengadilan agar melarang orang seperti Nikolas Cruz memiliki senjata api. Gubernur Rick Scott menyatakan akan berupaya keras untuk memperjuangkan larangan akses bagi orang sakit jiwa terhadap senjata api. Namun, gubernur dari Partai Republik ini tidak merinci lebih lanjut upaya yang akan dia tempuh. Dikhawatirkan ini sekadar janji di tengah kemarahan warga yang menuntut pemerintah berbuat sesuatu.
Hal seperti ini pernah terjadi di Arizona, tujuh tahun lalu. Sebelum penembakan, pelaku bernama Jared Loughner sudah memperlihatkan tanda-tanda gangguan di kampusnya. Dia menakut-nakuti para mahasiswa sampai-sampai seorang dosen meminta bantuan polisi untuk berada di dalam kelas selama dia mengajar. Akhirnya kampus mengancam menskors Loughter. Loughter segera ke toko senjata dan membeli senjata api yang kemudian dia gunakan untuk menembak anggota parlemen, Gabrielle Gifford, yang tengah bertemu konstituennya. Kejadian pada Januari 2011 itu merenggut enam nyawa lainnya, termasuk seorang ketua pengadilan.
Undang-undang ”bendera merah” adalah ketentuan sementara bagi seseorang yang sedang mengalami masalah psikologis. Kondisinya dievaluasi sebelum seseorang bisa dianggap layak memiliki senjata api, kata Laura Cutilletta, Direktur Hukum Giffords Law Center. Seseorang seperti Nikolas Cruz, yang sudah ketahuan mengancam, harus berkonsultasi dengan ahli.
Negara Bagian California bahkan pada tahun 2016 ingin memperluas ketentuan yang memungkinkan personalia sekolah menengah atas dan kampus serta petugas kesehatan jiwa bisa mengajukan permintaan penahanan terhadap orang-orang yang dianggap berbahaya. Namun, gubernur ketika itu menyatakan upaya itu terlalu prematur dan dia memveto rencana tersebut. Belakangan seorang anggota dewan di San Francisco berniat kembali mengusulkan rancangan UU tersebut.
Banyak aktivis senjata menolak gagasan UU ”bendera merah”. Menurut mereka, ketentuan itu bisa digunakan untuk mengambil hak warga secara tak adil, terutama terhadap mereka yang belum pernah dijadikan tersangka kriminal. Dalam studi yang dipublikasikan tahun lalu di Duke, Yale, Connecticut, dan Virginia, puluhan upaya bunuh diri berhasil dicegah oleh undang-undang. Peneliti berpendapat UU itu secara signifikan dapat mengurangi risiko (bunuh diri). (AP/RET)