WASHINGTON, KAMISBeragam sikap bermunculan menanggapi kasus penembakan di SMA Marjory Stoneman Douglas, Florida. Asosiasi Senjata Nasional (NRA), Kamis (22/2), akhirnya angkat suara menanggapi isu soal pembatasan senjata api. Pimpinan NRA menyalahkan Biro Investigasi Federal AS (FBI) yang dianggap gagal mengantisipasi penembakan. Asosiasi ini menuduh pihak-pihak tertentu mengeksploitasi tragedi itu untuk kepentingan politik.
”Semua ide dari oposisi kami bahwa keamanan bersenjata membuat kita kurang aman jelas bodoh,” kata Wakil Direktur Eksekutif NRA Wayne LaPierre. Menurut dia, para penentang tidak suka dengan NRA.
”Mereka benci Amandemen Kedua dan mereka benci kebebasan individu,” kata LaPierre. Amandemen Kedua adalah bagian Konstitusi AS tahun 1791 yang memberi hak kepada warga untuk memiliki senjata api.
Juru bicara NRA, Dana Loesch, lebih jauh menyalahkan media yang terlalu membesar-besarkan peristiwa penembakan di Florida. ”Kini, saya tidak mengatakan bahwa kalian senang dengan tragedi itu, tetapi saya mengatakan bahwa kalian senang dengan peringkat. Tangisan ibu-ibu kulit putih merupakan peringatan emas,” kata Loesch.
Sikap sebaliknya ditunjukkan oleh First National Bank of Omaha yang berbasis di Nebraska. Bank swasta yang juga memiliki jejaring penyewaan mobil itu menghentikan promosi yang disediakan untuk anggota NRA. Bank itu tidak akan memperpanjang kontrak penerbitan kartu visa NRA. ”Umpan balik dari para pelanggan mendorong kami meninjau kembali kerja sama kami dengan NRA,” kata Kevin Langin, juru bicara First National Bank of Omaha.
Perusahaan rental mobil Enterprise juga mengambil langkah serupa. Jejaring mereka akan mengakhiri program diskon untuk anggota NRA. Selain menanggapi desakan memutuskan hubungan dengan NRA, pernyataan itu muncul setelah situs berita progresif ThinkProgress mendaftarkan mereka sebagai perusahaan pendukung NRA.
Ide berkembang
Presiden Donald Trump, yang sebelumnya menyatakan akan mempersenjatai guru dan administrasi sekolah, belakangan mengembangkan ide untuk memberi bonus tambahan bagi guru yang bersedia dilatih militer. Dia juga menyatakan akan meningkatkan batas usia pemilikan senjata dari 18 tahun menjadi 21 tahun.
Serikat Guru dan Federasi Guru AS mengecam ide untuk mempersenjatai guru. Mereka melihat ide itu sebagai bentuk perlombaan senjata yang akan membuat sekolah menjadi benteng-benteng militer.
Ide mempersenjatai guru juga dipandang sebagai bagian dari upaya memperluas penjualan senjata. Jika 20 persen guru dipersenjatai, berarti pemerintah harus menyediakan 700.000 senjata.
Namun, warga pada umumnya mendukung pengawasan penggunaan senjata api. Jajak pendapat Universitas Quinnipiac, Selasa lalu, menyatakan, secara umum sebanyak 97 responden mendukung pengawasan. Gallup mengatakan, 60 persen warga AS kini lebih suka adanya pengetatan penjualan senjata api.
Wakil sheriff mundur
Terkait penembakan di Florida, Deputi Sheriff Scot Peterson, Kamis, mengundurkan diri. Peterson sempat diperiksa secara internal setelah dirinya terekam kamera pemantau (CCTV) saat penembakan terjadi. Peterson yang hari itu sedang bertugas tampak berdiri di luar sekolah.
”Yang saya lihat, deputi sheriff tiba di bagian barat gedung 12 dengan posisi siap dan tidak pernah masuk (ke dalam sekolah),” kata Sheriff Scott Israel.