Pemerintahan Dinasti dan Ambisi Kuasa di Afrika
Peralihan kepemimpinan menjadi isu sangat krusial di sejumlah negara Afrika. Kawan seperjuangan bisa menjadi musuh sepanjang masa. Lepas dari cengkeraman penjajahan, para mantan pejuang yang mendapat kepercayaan memimpin bangsa sering kali terjebak pada kerakusan kekuasaan dan harta.
Jumat, 16 Februari lalu, Pemerintah Etiopia mulai menerapkan keadaan darurat yang berlaku enam bulan. Hal ini diumumkan menyusul mundurnya Perdana Menteri Hailemariam Desalegn secara tiba-tiba.
Kondisi darurat telah beberapa kali diberlakukan di negara itu. Pada Agustus 2017, Etiopia baru mencabut keadaan darurat setelah 10 bulan diberlakukan.
Mundurnya Desalegn bukan berarti kekisruhan selesai. Kelompok-kelompok oposisi yang sebelumnya gigih menuntut Desalegn mundur belum sepakat menentukan penggantinya. Sementara pemilu menurut rencana baru dilaksanakan pada tahun 2020.
Peralihan kepemimpinan menjadi isu sangat krusial di sejumlah negara Afrika, antara lain Afrika Selatan, Zimbabwe, Kenya, dan Kongo. Beberapa pergantian kepemimpinan bahkan sampai menimbulkan korban jiwa dan kekisruhan politik yang tak pernah selesai. Kawan seperjuangan bisa menjadi musuh sepanjang masa.
Zimbabwe, misalnya, selama 37 tahun dipimpin Robert Mugabe yang belakangan menjadi diktator. Di tengah kehidupan rakyat yang miskin, keluarga Mugabe secara mencolok hidup bermewah-mewah dan menjadikan negara seperti milik mereka.
Orang kepercayaannya, Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa, tanpa alasan jelas dipecat. Kabar yang beredar menyebutkan, Mnangagwa dicopot untuk memuluskan ambisi Grace (52), istri Mugabe, menjadi presiden.
Militer yang dekat dengan Mnangagwa tak terima dengan tindakan Mugabe. Berdalih untuk ”melakukan koreksi tanpa darah atas penyalahgunaan kekuasaan”, tentara menyandera Mugabe di kediaman resminya. Sejak saat itu, presiden berusia 93 tahun tersebut tak dibiarkan keluar sampai berlangsung perundingan yang berakhir dengan penyerahan kekuasaan dari presiden pada 21 November 2017.
Sesama pejuang
Di Kenya, Presiden Uhuru Kenyatta masih bisa bertahan setelah pesaing utamanya, Raila Odinga, menyatakan mundur dari pemilihan umum karena menuduh Kenyatta secara sistematis melakukan kecurangan. Odinga dan Kenyatta ibarat kucing dan anjing yang tak pernah akur. Permusuhan politik keduanya diturunkan dari ayah mereka yang sama-sama berjuang membebaskan bangsa dari penjajah.
Kenyatta senior atau Jomo Kenyatta menjadi presiden pertama Kenya pada tahun 1964 justru karena didorong Jaramogi Odinga (ayah dari Raila Odinga) saat keduanya berunding dengan pemerintah kolonial. Kenyatta-Odinga berduet memimpin negara baru dengan Odinga sebagai wakil presiden.
Presiden Uhuru Kenyatta masih bisa bertahan setelah pesaing utamanya, Raila Odinga, menyatakan mundur dari pemilihan umum karena menuduh Kenyatta secara sistematis melakukan kecurangan.
Namun, dua tahun kemudian, keadaan berubah total. Pasangan ini pecah pada 1966 dan tak bisa berdamai lagi. Bahkan, hingga Jomo Kenyatta meninggal tahun 1978, perseteruan diteruskan lewat keluarga mereka.
Kenyatta saat ini secara formal berada di tampuk kekuasaan di negara berpenduduk 48 juta jiwa tersebut. Namun, legitimasinya dipertanyakan karena pemilu susulan, Oktober 2017, hanya diikuti 35 persen dari warga yang berhak memilih. Hal ini terjadi setelah Odinga menyatakan memboikot pemilu.
Dalam pemilu sebelumnya, Agustus 2017, Odinga meraih 45 persen suara, kalah dari Kenyatta yang mengantongi 54 persen suara. Sebanyak 50 orang tewas dalam sejumlah kerusuhan terkait dengan pemilu Agustus 2017. Odinga yang merasa dicurangi menuntut pemilu ulang, tetapi akhirnya mundur dari pertarungan karena merasa pemerintah yang berkuasa akan tetap berlaku curang.
Politik Kenya seperti memendam bara. Pertentangan etnis selalu membayangi, sebagaimana pernah terjadi satu dekade lalu dengan korban tewas 1.200 orang.
Kisah teman seperjuangan yang akhirnya bermusuhan juga terjadi di Afrika Selatan. Jacob Zuma dengan berat hati menyerahkan kekuasaan sebelum waktunya. Wakil Presiden Cyril Ramaphosa, orang yang mendesak Zuma mundur, menggantikan kedudukannya untuk sementara waktu hingga pemilu tahun depan.
Ramaphosa dan Zuma adalah sesama pejuang di partai ANC. Yang menarik, dua ahli waris perjuangan Nelson Mandela itu kini sama-sama kaya raya. Desakan kepada Zuma agar turun antara lain karena puluhan kasus korupsi yang dilakukan bersama keluarganya.
Konflik panjang
Konflik berkepanjangan juga terjadi di Republik Demokratik (RD) Kongo dan dikhawatirkan bisa meledak jika Presiden Joseph Kabila tak bersedia lengser. Kabila yang memerintah sejak tahun 2001 menurut konstitusi sudah tak bisa lagi menjabat.
Seharusnya dia mengadakan pemilu tahun 2016. Namun, Kabila selalu mencari cara untuk menghindarinya. Ketika ia kembali tak menepati janjinya untuk menggelar pemilu akhir tahun lalu, protes merebak di mana-mana. Kabila dengan keras menumpas para pemrotes.
Kabila yang memerintah sejak tahun 2001 menurut konstitusi sudah tak bisa lagi menjabat.
RD Kongo dengan penduduk 80 juta orang merupakan salah satu negara besar di Afrika. Namun, dari segi ekonomi, RD Kongo sangat miskin. The Economist edisi 17 Februari menulis, hanya satu dari tujuh penduduk berpenghasilan 1,25 dollar AS per hari. Polisi dan tentara nyaris tak lagi dibayar.
Kendati keadaan demikian berat, Kabila masih gigih mempertahankan kursinya. Seperti juga Kenyatta, Kabila adalah anak mantan presiden. Ayahnya, Laurent Kabila, kehilangan kekuasaannya tahun 2001 karena ditembak pengawalnya sendiri.