Limpahan Gas Laut Tengah
Hingga 2032, Jordania dan Mesir akan membayar 25 miliar dollar AS ke Israel. Dengan bayaran 10 miliar dollar AS, Israel akan memasok 8,5 juta meter kubik gas per hari ke Jordania selama 15 tahun. Untuk Mesir yang membayar 15 miliar dollar AS, Israel akan mengirim 64 miliar meter kubik gas selama 10 tahun.
Kontrak dengan Jordania diumumkan September 2017. Kesepakatan dengan Mesir diumumkan 19 Februari lalu. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Presiden Mesir Abdel Fattah el- Sisi membenarkan adanya kontrak itu. Pemerintah Mesir menyatakan tak terlibat langsung dalam kontrak itu dan hanya memberi dukungan kebijakan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengumumkan kesepakatan itu. Perusahaan AS, Noble Energy, yang bermitra dengan perusahaan Israel, Delek Drilling, meneken kontrak penjualan gas dengan perusahaan Mesir, Dolphinus.
Pengumuman tersebut menandai era baru hubungan Israel-Mesir, yang menyepakati perjanjian damai pada 1979. Selama puluhan tahun, Israel pernah bergantung pada pasokan gas dari Mesir. Kini, giliran Mesir membeli gas Israel.
Mesir bukannya tidak punya cadangan gas. Pada 2015, perusahaan minyak asal Italia, Eni, menemukan cadangan gas di wilayah perairan Mesir di Laut Tengah. Ladang gas yang kini dikenal sebagai Ladang Zohr itu ditaksir punya cadangan 850 miliar meter kubik gas.
Gas dari sana mulai mengalir sejak Desember 2017 dengan pasokan awal 350 juta kaki kubik per hari. Pada 2019, pasokan gas dari sana ditarget mencapai titik optimum sebesar 2,7 miliar kaki kubik per hari.
Di laut yang sama pada wilayah perairan utara teritorialnya, Israel juga mendapat keberuntungan sejak 2009. Kala itu Israel menemukan ladang gas dengan cadangan 238 miliar meter kubik. Gas ladang Tamar ini mulai mengalir pada 2013.
Israel kembali mendapat durian runtuh pada 2010. Dari La ut Tengah yang masuk wilayah Israel, ditemukan ladang gas Leviathan yang memiliki cadangan 535 miliar meter kubik. Gas dari ladang ini ditargetkan mulai diproduksi pada 2019.
Sengketa
Seperti di banyak tempat, cadangan melimpah di Laut Tengah juga memantik konflik. Mesir, Israel, Lebanon, Turki, Yunani, dan Siprus bersengketa gara-gara kekayaan di laut itu.
Noble Energy harus berhadapan dengan Israel. Pascapenemuan Leviathan, Noble menemukan cadangan 1 triliun meter kubik di wilayah perairan Siprus di Laut Tengah dengan nama ladang Afrodit.
Konflik dengan Israel bermula dari keinginan Noble menghubungkan Leviathan dengan ladang di wilayah Siprus dalam satu terminal. Israel tidak setuju dengan rencana itu. Israel ingin 60 persen hasil ladang gas dipakai untuk kebutuhan dalam negeri, sedangkan Noble ingin porsi ekspor diperbesar.
Belakangan, Eni masuk ke ladang Afrodit. ExxonMobil dan Qatar Petrol juga menyatakan tertarik masuk ke sana mulai pertengahan 2018. Meski lebih kecil daripada Tamar dan Leviathan, ladang Afrodit tak bebas sengketa. Siprus bersengketa dengan Turki gara-gara ladang itu.
Siprus menuding Turki mengganggu upaya eksplorasi di sana. Kapal Saipem 12000 yang dikontrak Eni dihadang kapal perang Turki kala berlayar menuju lokasi pengeboran. Turki beralasan perairan di sekitar lokasi penghadangan menjadi tempat latihan perang yang berlangsung sampai 10 Maret nanti.
Presiden Siprus Nicos Anastasiades menyatakan, eksplorasi jalan terus. Siprus akan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alamnya. Siprus akan membuat lembaga investasi untuk mengelola hasil pemanfaatan sumber energi masa depan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Siprus agar tak melanggar batas.
Eni juga terjebak dalam sengketa antara Lebanon dan Israel. Sebagian blok eksplorasi berada di perairan yang disengketakan Israel dan Lebanon. Semua negara dan pihak swasta itu berusaha sekuat tenaga mengoptimalkan kekayaan cadangan gas di sisi timur Laut Tengah. (AP/REUTERS/RAZ)