Populis dan Kanan Menang di Italia
Kubu tengah kanan meraih 37 persen. Kubu ini merupakan koalisi dari Partai Forza Italia pimpinan Silvio Berlusconi (14 persen), partai ekstrem kanan Liga pimpinan Matteo Salvini (18 persen), dan partai neofasis Persaudaraan Italia pimpinan Giorgia Meloni (5 persen).
Posisi kedua diraih oleh partai Gerakan 5 Bintang pimpinan Luigi Di Maio dengan suara 31 persen. Partai 5 Bintang merupakan partai yang meraih suara terbanyak. Sementara partai pemerintah, Partai Demokratik, berada di urutan ketiga dengan suara 22 persen.
Dengan komposisi suara seperti ini, semua hal mungkin terjadi, termasuk pemilu ulang.
Para tokoh 5 Bintang menegaskan bahwa tak akan ada pemerintahan yang terbentuk tanpa melibatkan partainya. Partai Liga yang meraih 18 persen sudah menawarkan diri untuk melakukan koalisi dengan 5 Bintang dan meninggalkan kubu Berlusconi.
Sementara partai pemerintah kemungkinan besar tidak akan diajak koalisi karena mayoritas rakyat Italia menginginkan arah baru. Pemerintah dianggap gagal menurunkan pengangguran dan mengatasi kemiskinan.
”Dosa” terbesar pemerintah adalah tak mampu menghentikan banjir migran yang mencapai 600.000 orang di Italia.
Sulitkan Uni Eropa
Jika 5 Bintang menerima ajakan Liga untuk berkoalisi, Pemerintah Italia akan menjadi batu sandungan bagi Uni Eropa. Kombinasi yang terjadi adalah Italia yang skeptis terhadap mata uang euro, menentang pengetatan anggaran, dan tidak tertarik pada integrasi Eropa.
Sejak awal kampanye, 5 Bintang mengatakan tidak berminat melakukan koalisi. Namun, kemarin, Di Maio menyatakan bersedia untuk mendiskusikan kebijakan bersama, tetapi tanpa membicarakan soal posisi di kabinet.
Partai 5 Bintang dan Liga sebelumnya memiliki pandangan yang sangat skeptis terhadap mata uang euro. Namun, kini, 5 Bintang menganggap isu itu sudah berlalu. Partai Liga tetap menganggap euro adalah kesalahan. Namun, melaksanakan referendum terhadap mata uang euro adalah tidak mungkin.
Kampanye utama 5 Bintang adalah menaikkan upah minimum warga miskin menjadi 963 dollar AS. Isu ini langsung meraih simpati para pemilih di selatan Italia yang umumnya kurang sejahtera.
Menteri Urusan Eropa di Pemerintah Perancis Nathalie Loiseau menyebutkan, kemenangan partai populis di Italia menunjukkan bahwa rakyat Italia yang berada di barisan terdepan dalam menghadapi gelombang migran merasa ditinggalkan oleh Uni Eropa. ”Sangat ironis bahwa negara yang jadi salah satu pendiri Uni Eropa merasa kecewa dengan Eropa,” kata Loiseau.
Seperti juga yang terjadi dalam pemilu di sejumlah negara di Eropa pada 2017, para pemilih marah dengan partai arus utama yang pro-kebijakan Uni Eropa, termasuk dalam isu migran. Mereka kemudian mengalihkan suara kepada partai ekstrem kanan.
Di Jerman, untuk pertama kali partai ekstrem kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) menjadi oposisi utama di parlemen.
Namun, keberhasilan Merkel membangun koalisi dengan Partai Sosialis Demokrat (SPD), Minggu (4/3), menjadi kabar baik bagi Uni Eropa yang kini menghadapi tantangan internal dari negara-negara kanan, seperti Polandia, Hongaria, Ceko, Slowakia, dan kini Italia.
(AFP/REUTERS/MYR)