BEJING, KAMIS — Beijing menegaskan bahwa hanya ada satu China dan Taiwan merupakan bagian yang tak terpisahkan darinya. Menurut Beijing, hal ini sudah menjadi konsensus lama masyarakat internasional.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Kamis (8/3), menyampaikan hal tersebut di sela-sela pertemuan tahunan badan legislatif Kongres Rakyat Nasional China, di Beijing.
Ketegangan China-Taiwan meningkat beberapa pekan terakhir setelah Senat Amerika Serikat pada akhir bulan lalu meloloskan rancangan udang-undang yang mempromosikan hubungan AS-Taiwan dengan suara bulat. RUU itu disetujui Dewan Perwakilan Rakyat AS pada Januari lalu tanpa tentangan. RUU itu kini tinggal membutuhkan tanda tangan Presiden Donald Trump agar resmi menjadi undang-undang.
China memperingatkan bahwa hal tersebut dapat mengancam stabilitas di Selat Taiwan. Menurut Beijing, Taiwan merupakan provinsinya dan bagian integral dari ”Satu China”. Beijing juga menilai Taiwan tidak memenuhi syarat untuk melakukan hubungan antarnegara.
Negara Pasifik
Wang mendesak sekutu diplomatik Taiwan yang tersisa untuk mendukung hubungan dengan Beijing. Taiwan memiliki hubungan formal hanya dengan 20 negara, banyak di antaranya adalah negara-negara di Amerika Tengah dan Pasifik.
China dan Taiwan berusaha saling menarik perhatian sekutu mereka selama bertahun-tahun dan sering memberi paket bantuan ke negara-negara berkembang. Taipei terus berjuang untuk bersaing dengan Beijing yang semakin kuat.
Tahun lalu, Panama memutuskan hubungannya dengan Taiwan. Hal ini merupakan kemenangan diplomatik besar bagi China. Vatikan kemungkinan berada di daftar berikutnya karena Takhta Suci dan China sedang mengupayakan kesepakatan mengenai pengangkatan para uskup.
”Membangun hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina, satu-satunya wakil resmi seluruh rakyat China, dan memiliki kerja sama normal, jelas merupakan pilihan tepat yang sesuai dengan zaman,” kata Wang. Menurut dia, hal itu sudah menjadi tren dan tak bisa dibendung lagi.
Ketegangan China dengan Taiwan meningkat sejak 2016. Pada tahun itu, Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan terpilih sebagai presiden.
Di Taipei, Chiu Chui-cheng, Wakil Menteri Urusan China Daratan, menyebut Taiwan adalah negara berdaulat dan berhak untuk menjalin relasi dengan negara lain. ”China Daratan seharusnya menghormati hak kami untuk menjalin hubungan dengan sekutu-sekutu kami,” tuturnya kepada wartawan.
Ia menambahkan, selama dua tahun terakhir, China Daratan terus memanipulasi kebijakan Satu China di tengah komunitas internasional dan memperkecil ruang internasional Taiwan. ”Hal tersebut melukai perasaan warga Taiwan,” kata Chiu.