KAIRO, KOMPAS — Pasukan Pemerintah Suriah yang dibantu Rusia, Kamis (8/3), mulai melancarkan serangan darat dan udara secara masif ke kota Hammuriyeh di Ghouta timur bagian selatan. Kota Hammuriyeh adalah kota terbesar dan paling padat penduduk di Ghouta timur bagian selatan. Selain Hammuriyeh, terdapat kota penting lain di Ghouta timur bagian selatan, yaitu kota Saqba dan Jisreen yang juga menjadi sasaran gempuran masif.
Pemerintah Suriah memutuskan memulai serangan darat ke kota Hammuriyeh setelah Rabu lalu berhasil mengontrol kota Misraba dan Beit Sawa di Ghouta timur bagian tengah.
Dengan berhasil mengontrol kota Misraba dan Beit Sawa, secara de facto Pemerintah Suriah telah berhasil memecah wilayah Ghouta timur antara utara dan selatan serta memutus jalur logistik pasukan oposisi yang berada di kota Duma, Ghouta timur bagian utara dan kota Hammuriyeh, Ghouta timur bagian selatan.
Direktur Lembaga Pemantau HAM Suriah (SOHR) yang berbasis di London, Rami Abdurrahman, kepada AFP mengatakan, tentara Suriah telah menguasai lebih dari 50 persen wilayah Ghouta timur.
Gencarnya serangan tentara Suriah terhadap kota Hammuriyeh memaksa Palang Merah Internasional menunda mengirim bantuan ke Ghouta timur, yang semula dijadwalkan pada Kamis.
Juru bicara Komite Internasional Palang Merah (ICRC) untuk kawasan Timur Tengah, Ralph El Hage, kepada stasiun televisi Al Jazeera mengatakan, ICRC terpaksa menunda mengirim konvoi bantuan kemanusiaan ke Ghouta timur karena pertempuran di wilayah itu semakin sengit. Menurut dia, tidak ada jaminan keamanan bagi konvoi bantuan kemanusiaan.
El Hage mengatakan, tenggat waktu lima jam yang diberikan Rusia untuk pengiriman bantuan kemanusiaan ke Ghouta timur tidak cukup. Ia berjanji akan memulai mengirim konvoi bantuan kemanusiaan ke Ghouta timur jika pertempuran mulai reda. El Hage tidak menyebut secara definitif kapan hari pengiriman konvoi dimulai.
Seperti diketahui, konvoi bantuan kemanusiaan PBB yang berhasil masuk Ghouta timur pada Senin lalu terpaksa meninggalkan wilayah itu sebelum tuntas menyerahkan bantuan kemanusiaan karena gencarnya gempuran pasukan pemerintah atas wilayah itu.
Rusia memberi opsi kepada pasukan oposisi di Ghouta timur untuk segera menyerah atau mati. Opsi itu ditawarkan setelah Rabu lalu pasukan oposisi menolak tawaran Rusia untuk keluar secara aman dari Ghouta timur.
Juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova, seperti dikutip harian Al Hayat, membantah keras bahwa Rusia telah melanggar resolusi DK PBB Nomor 2401 yang menyerukan gencatan senjata di Suriah selama 30 hari.
Menurut Zakharova, resolusi DK PBB Nomor 2401 itu mengecualikan Tanzim Al Qaeda, Front Al Nusra, dan NIIS. Ia mengatakan, serangan Rusia dan Suriah saat ini menyasar kelompok-kelompok teroris tersebut di Ghouta timur.