Kebijakan Tarif Menuai Kecaman
Namun, modifikasi tersebut tetap tidak menghilangkan risiko. Penerapan tarif akan memukul telak perekonomian AS. Senator Ben Sasse (Republikan) mengatakan, ”Ini merupakan kebijakan ekonom aliran kiri, membahayakan konsumen AS.”
Rekannya, Senator Orrin Hatch (Republikan) menambahkan, ”Ini adalah nasihat buruk dari seseorang di sana.”
Tekanan terhadap Trump bertambah setelah penasihat ekonominya, Gary Cohn, mengundurkan diri pada Selasa lalu. Cohn, bersama Menteri Pertahanan James Mattis, menekankan bahwa tarif membahayakan AS karena memukul sekutu negara itu dalam isu geopolitik. Sikap Cohn ini berseberangan dengan sikap penasihat perdagangan Trump, Peter Navarro.
Kebijakan tarif impor merupakan masukan dari Navarro. Dosen ekonomi ini dikenal memiliki sikap tidak positif terhadap China.
Penolakan oleh anggota DPR
Lebih dari 100 anggota DPR (House of Representatives), beberapa hari lalu, ikut meminta Trump agar menargetkan ”negara curang” saja ketimbang menghantam sekutu AS. Paul Ryan, Ketua DPR AS dan Republikan dari Wisconsin (lokasi pabrik Harley-Davidson Inc, pemakai utama baja) mendesak Trump membatalkan tarif.
Navarro bersikukuh, penerapan tarif akan menciptakan lapangan pekerjaan di AS dan tidak memberi beban signifikan bagi konsumen. ”Saya heran justru karena banyak orang terheran-heran. Tidak bakal ada pembalasan dari mitra dagang,” kata Navarro.
Dukungan terhadap Navarro datang dari David Burritt, pemimpin US Steel (perusahaan baja raksasa AS). Ia merasa senang dengan kebijakan tarif. ”Hal ini vital bagi kepentingan AS. Ini kesempatan dan sungguh penting kita lakukan,” kata Burritt. Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross berada satu barisan dengan Navarro. Menurut dia, tarif tidak akan membebani AS.
Namun, ada contoh nyata potensi kerugian. AS mengenakan tarif tambahan atas impor kayu lapis dari Kanada mulai 18 Desember 2017. Dampaknya, para pengembang di negara itu mengeluhkan kenaikan harga bahan bangunan.
Untuk baja dan aluminium, efeknya diperkirakan lebih dahsyat. ”Tarif bisa saja melindungi 140.000 pekerja sektor baja, tetapi konsumen dirugikan lebih dari 9 miliar dollar AS,” tutur ekonom Joe Brusuelas dari RSM LLP.
Efeknya berlanjut ke perusahaan pengguna baja yang mempekerjakan 5 juta orang. Goldman Sachs memperingatkan, tarif akan menekan laba Ford dan General Motors.
Asosiasi pengguna baja AS juga tidak setuju penerapan tarif. ”Tarif memberi efek yang lebih banyak buruknya ketimbang positifnya,” kata Heidi Brock, Presiden Asosiasi Aluminium yang beranggotakan 114 perusahaan dengan 713.000 karyawan di AS. Organisasi ini memiliki anggota berupa perusahaan pembangun gedung tinggi, mobil, jalan, jembatan, mesin cuci, dan kulkas.
Menghidupkan perang dagang
Edward Alden, peneliti dari Council on Foreign Relations, pekan lalu, mengatakan, dunia pasti membalas karena jengkel. ”Jika pembalasan terjadi, perang dagang yang belum pernah berlangsung sejak 1930-an akan muncul lagi,” ucapnya.
Uni Eropa menargetkan pengenaan tarif tambahan untuk produk pertanian, baja, pakaian, kosmetik, sepeda motor, kapal, jus jeruk, wiski, dan jagung asal AS. Cecilia Malmström, Ketua Komisi Perdagangan UE kepada BBC, Senin, mengatakan, tindakan balasan adalah sah berdasarkan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Mark Hamrick, ekonom senior dari Bankrate.com, memberikan peringatan keras. ”Jika Anda ingin menekan ekonomi, cara terbaik adalah dengan memulai penerapan tarif,” katanya.
Trump menuliskan di Twitter, ”Perang dagang bagus dan mudah dimenangkan.” Soal ini Hamrick berkomentar, ”Sungguh menandakan (Trump) tak paham sejarah.” Aksi saling balas dinilai pernah menyebabkan resesi besar dunia selama 10 tahun dan menjadi salah satu kenangan terbesar dalam sejarah perekonomian dunia.
”Perang dagang Trump tindakan bodoh. Dia menghancurkan negaranya sendiri,” ujar David Harrison, pekerja Chrysler di Windsor, Ontario, Kanada.
Ketua Kamar Dagang dan Industri AS Thomas Donohue ikut angkat bicara. ”Kami minta pemerintah berpikir serius mengenai risikonya dan membatalkannya. Tarif merugikan perusahaan Amerika,” ucapnya. Menurut dia, dengan kebijakan tarif itu, masalah dengan China soal baja tetap tak tersentuh. (REUTERS/AP/AFP)