General Manager Bandara Tribhuvan, Raj Kumar Chettri, mengatakan, ada 71 orang di pesawat yang datang dari Dhaka, Bangladesh, itu. Para penumpang antara lain berasal dari Nepal (33 orang), Bangladesh (32), dan masing-masing satu orang dari China dan Maladewa.
”Kami sejauh ini telah mengangkat 50 jenazah,” kata Gokul Bhandari, juru bicara militer Nepal. Ia menambahkan, masih ada sembilan orang yang belum dihitung dari pesawat yang naas itu.
Seorang saksi mata menuturkan, ia sempat melihat pesawat berulang kali membelok seperti siap akan mendarat. ”Pesawat terbang sangat rendah, saya kira akan menuju ke pegunungan,” kata Amanda Summers yang menyaksikan kecelakaan itu dari teras rumahnya yang tak jauh dari bandara.
”Tiba-tiba terjadi ledakan dan disusul ledakan lain,” kata warga AS yang bekerja di Nepal ini.
Mahbubur Rahman dari Kementerian Penerbangan Sipil Bangladesh mengatakan, pesawat yang jatuh itu adalah pesawat turboprop Bombardier Dash 8 Q400 buatan Kanada. Beberapa sumber lain menyebutkan, pesawat itu berusia 17 tahun.
”Kemungkinan ada masalah teknis pada pesawat. Namun, hal ini harus diselidiki dulu sebelum mengeluarkan penilaian akhir,” ujar Rahman.
Kecelakaan di Iran
Kecelakaan tragis pesawat juga terjadi di Iran, Minggu (11/3). Diduga penumpang dan awak pesawat yang semuanya adalah perempuan tewas dalam kecelakaan tersebut. Penyelidik sudah menemukan kotak hitam di dekat lokasi kejadian di Pegunungan Zagros di luar kota Shah-e Kord, sekitar 370 kilometer selatan ibu kota Teheran.
Pesawat pribadi berpenumpang delapan orang dengan empat awak itu lepas landas dari Bandar Udara Internasional Sharjah di Uni Emirat Arab. Sekitar satu jam kemudian, pesawat terbang tinggi dan tiba-tiba jatuh beberapa menit kemudian, kata situs FlightRadar24.
Salah seorang dari dua perempuan pilot pesawat itu adalah perempuan pilot pertama di angkatan bersenjata Turki. Ia keluar dari militer Turki dan bekerja di penerbangan sipil.
Para penumpang korban baru saja meninggalkan Uni Emirat Arab setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama merayakan akhir masa lajang salah satu penumpangnya, Mina Basaran (28), anak perempuan Kepala Basaran Investment Holding Turki.
Mina Basaran, menurut media Turki, adalah anak konglomerat Huseyin Basaran yang juga pemilik pesawat naas tersebut. Basaran direncanakan akan menikah bulan depan. Pernikahan itu akan dilangsungkan di sebuah istana era Ottoman di dekat Selat Bosphorus. Tiga perempuan lain juga akan menikah pada musim panas mendatang. Sementara seorang penumpang lagi dikabarkan tengah mengandung.
Foto-foto sebelum mereka terbang yang beredar di media sosial mengundang ribuan komentar.