BEIJING, SENIN — China membentuk tim ekonomi baru yang akan membantu Presiden Xi Jinping. Tim yang terdiri atas lulusan Amerika Serikat itu terutama akan fokus menangani potensi perang dagang, peningkatan risiko di sektor finansial, dan tumpukan utang pemerintah.
Parlemen China, Senin (19/3), menyetujui pengangkatan Liu He sebagai wakil perdana menteri. Sebelumnya dia adalah penasihat ekonomi Xi.
Parlemen juga menyetujui Yi Gang, ekonom lulusan University of Illinois, untuk menjadi gubernur bank sentral China. Zhong Shan tetap menjadi Menteri Perdagangan, sedangkan Liu Kun ditunjuk sebagai Menteri Keuangan.
Sebelum penunjukan mereka, parlemen China mengesahkan pengangkatan Wang Qishan sebagai wakil presiden. Wang merupakan mantan juru runding perdagangan internasional China sekaligus mantan Ketua Komite Pusat Pengawasan Disiplin Partai Komunis China, dengan tugas mengawasi 89 juta anggota partai tersebut.
Lulusan Harvard
Liu He merupakan orang kepercayaan Xi dan ekonom lulusan Harvard. Ia akan mengawasi sektor finansial dan ekonomi. Ia bakal mengepalai Komisi Pengembangan dan Stabilitas Keuangan (KPSK).
Sebelum menjalankan tugas barunya, Liu adalah penasihat dan utusan khusus Xi untuk perdagangan internasional.
Pada Februari 2018, ia bertandang ke AS untuk membahas kerja sama perdagangan. Akan tetapi, lawatan itu tidak berhasil mencegah Presiden AS Donald Trump untuk memicu perang dagang dengan memberlakukan tarif bea masuk impor 25 persen untuk baja dan 10 persen untuk aluminium.
Sebagai gubernur bank sentral, Yi Gang akan segera menghadapi tantangan dari dampak kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS yang diprediksi ditetapkan pada Rabu (21/3). ”Tugas terpenting adalah membuat kebijakan bagi stabilitas moneter dan pada saat yang sama mendorong keterbukaan serta reformasi finansial sembari menjaga stabilitas sektor keuangan,” ujarnya.
Menurut dia, akan ada rangkaian reformasi dan keterbukaan kebijakan dan peraturan di masa mendatang.
Investor asing
Ia hendak mendorong akses yang lebih luas untuk investor asing. Bank sentral akan diupayakan pula untuk lebih meningkatkan penggunaan mata uang China oleh masyarakat internasional.
Sebelumnya, Yi Gang menyatakan bank sentral akan mendorong reformasi yang memberikan perlakuan adil bagi investor domestik dan mancanegara. Secara khusus, ia menekankan soal liberalisasi sektor keuangan China dengan memperluas akses atau menghapus pembatasan kepemilikan asing.
Pernyataan mantan wakil gubernur bank sentral itu sejalan dengan rencana Pemerintah China pada 2017 untuk meninjau kemungkinan perusahaan asing memiliki saham mayoritas sektor finansial dalam tiga tahun ke depan.
Akses pasar selama ini menjadi keluhan utama AS dan Eropa. Perusahaan-perusahaan AS dan Eropa disebut mendapat banyak hambatan untuk menjalankan bisnis di China, termasuk pemaksaan untuk berbagi teknologi dengan mitra lokal di negara tersebut.
Yi pernah mengungkapkan pendapat untuk mengubah pengaturan nilai tukar renminbi. Selama ini nilai tukar renminbi dalam rentang yang dikendalikan oleh bank sentral.
”Bank sentral berada dalam posisi sangat sulit karena jika menurunkan apa pun hal yang penting, hasilnya akan berupa tekanan keuangan yang amat besar,” kata ekonom Peking University, Christopher Balding.
Relasi dengan AS
Relasi dengan AS merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh Yi dan Liu. Pemerintahan Trump diperkirakan akan menerapkan tarif baru atas impor produk China. Pada saat yang sama, bank sentral AS diperkirakan menaikkan suku bunga karena pemulihan ekonomi AS dinilai terus berlanjut.
Dua kebijakan tersebut, penerapan tarif dan kenailkan suku bunga, akan dirasakan dampaknya oleh China. Bank sentral China pun harus memberikan respons kebijakan.