Fokus utama berbagai pembicaraan di pertemuan itu adalah ancaman perang dagang antara AS dan mitra-mitra dagangnya, khususnya China dan Uni Eropa. Sebagaimana dalam pertemuan G-20 sejak Presiden AS Donald Trump berkuasa, penyusunan pernyataan akhir pertemuan menampilkan perbedaan antara Washington dan Beijing.
Sebuah sumber menyatakan, China dana AS saling unjuk kekuatan dalam negosiasi teks akhir komunike yang hendak dirilis pada akhir pertemuan, yakni Selasa waktu setempat atau Rabu pagi WIB. ”Teks tersebut tidak akan menyembunyikan ketegangan, tetapi tetap akan menegaskan bahwa solusi bersama tetap merupakan opsi yang terbaik,” ungkap sumber itu.
Tarif impor baja sesungguhnya bertujuan ”memukul” China. Produksi baja negara ini yang berlebihan memukul industri baja AS. Namun, mitra-mitra AS di Eropa juga menjadi sasaran Trump, yang terutama hendak memukul surplus perdagangan yang dialami Jerman.
Isu penerapan tarif impor tidak pernah disampaikan secara resmi dalam pertemuan menteri keuangan dan pemimpin bank sentral G-20 yang berlangsung dua hari. Namun, sejumlah pejabat G-20 menyatakan, kebijakan tarif AS menjadi topik pembicaraan pada sesi-sesi tertutup.
Menteri Keuangan Argentina Nicolas Dujovne meminta Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin untuk mengecualikan negara Amerika Selatan itu dari kebijakan tarif. Negara Amerika Latin lainnya juga meminta pengecualian.
Beijing ingin negosiasi
Di Beijing, Perdana Menteri China Li Keqiang, Selasa, menyatakan bahwa negara itu tidak menginginkan perang dagang dengan AS. China, menurut dia, menginginkan solusi lewat negosiasi.
Berbicara dalam jumpa pers yang disiarkan melalui televisi secara nasional, Li menyatakan, tindakan yang terburu-buru akan menyakiti semua pihak. PM China tidak menyinggung kemungkinan negara itu merespons kebijakan pengendalian impor yang diterapkan oleh AS.
Beijing menghadapi tekanan besar dari Washington karena China dinilai menghambat akses ke pasar dalam negeri, memaksa perusahaan asing melakukan alih teknologi, dan membanjiri pasar dunia secara curang dengan baja dan produk lainnya yang berharga murah.
”Tidak ada satu pihak pun akan muncul sebagai pemenang dalam perang dagang,” kata Li. Menurut dia, perang dagang akan berseberangan dengan aturan perdagangan yang berbasis pada negosiasi dan dialog. Perang dagang juga bakal merusak relasi saling menguntungkan AS-China yang selama ini terjalin.
”Apa yang kami harapkan adalah hendaknya kita bertindak secara rasional ketimbang secara emosional,” papar Li. ”Kami tidak menginginkan perang dagang.”
Buka pintu lebar-lebar
PM China berjanji negara itu akan membuka lebih-lebar pintu impor dan investasi. Beijing juga akan membuat industri-industri manufaktur lebih terbuka bagi kompetitor asing.
Saat ini Beijing merencanakan untuk mengurangi tarif impor atas obat-obatan. Menurut Li, China juga akan memangkas bea atas sejumlah barang konsumsi.
”Kami akan sepenuhnya membuka sektor manufaktur. Tidak akan ada persyaratan wajib untuk melakukan transfer teknologi. Hak kekayaan intelektual juga akan dilindungi dengan lebih baik,” papar PM China.