PARIS, SELASA - Mantan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy ditahan guna dimintai keterangan terkait sumbangan dana kampanye. Sarkozy diduga menerima pemberian dari mantan pemimpin Libya Moammar Khadafy untuk dana kampanye.
Mantan presiden berusia 63 tahun itu dibawa ke kantor polisi di Nanterre, pinggiran Paris, Selasa (20/3) pagi. Dia dihadapkan dengan penyidik khusus korupsi. Sangkaan yang dihadapi Sarkozy merupakan kasus lama yang terjadi pada 2007. Kabarnya, mantan menterinya, Brice Hortefeux, hari itu juga dimintai keterangan, tetapi tidak ditahan. Sarkozy bisa dikenai tahanan 48 jam dan bisa resmi dijadikan tersangka sesudah pemeriksaan.
Pengacara Sarkozy belum memberikan keterangan tentang kliennya. Namun, dari beberapa sumber diperoleh keterangan bahwa Sarkozy pernah menerima uang kontan jutaan euro dari Moammar Khadafy. Dalam media investigatif Mediapart yang diterbitkan November 2016, seorang pengusaha Lebanon, Ziad Takieddine, mengungkapkan pernah diberi lima juta euro oleh kepala intelijen Khadafy di Tripoli pada tahun 2006 dan 2007. Semua uang dalam bentuk cair dan secara kontan diberikan kepada Sarkozy di kantornya saat menjadi menteri dalam negeri. Secara lebih detail pengusaha Lebanon itu mengungkapkan, uang diberikan dalam pecahan 200 euro dan 500 euro. Uang itu diberikan untuk keperluan kampanye presiden.
Penyelidikan kasus ini sebenarnya sudah berlangsung sejak 2013. Polisi antara lain menelisik laporan-laporan media. Dalam kasus pernyataan anak Khadafy, Saif al-Islam, juga diselidiki kebenarannya. Pada 2011, Saif kepada televisi Euronews mengatakan, ”Sarkozy pertama-tama harus mengembalikan lagi uang yang pernah dia perolehnya dari Libya untuk membiayai kampanyenya.”
Penyidik juga tengah menelusuri dugaan transfer sebesar 500.000 euro kepada kaki tangan Sarkozy, Claude Gueant. Selain itu, penyidik juga sedang menginvestigasi penjualan sebuah vila mewah pada tahun 2009 di selatan Perancis kepada manajer investasi Libya.
Sarkozy menyangkal semua tuduhan tersebut, bahkan dia menggugat Mediapart yang memuat berita. Dalam sebuah debat televisi tahun 2016, Sarkozy menyebut pertanyaan pembawa acara ”memalukan” dan mengatakan pebisnis yang mengungkap masalah itu ”pembohong”.
Sarkozy, yang menjadi presiden pada 2007 hingga 2012, diketahui mempunyai hubungan yang kompleks dengan Khadafy. Setelah terpilih menjadi presiden, dia mengundang pemimpin Libya itu ke Perancis dan menyambutnya dengan upacara penghormatan besar. Namun, saat NATO melakukan serangan udara menumpas pasukan Khadafy, Perancis, yang waktu itu di bawah Presiden Sarkozy, berada di barisan depan hingga rezim Khadafy terguling pada 2011.
Tentang tuduhan yang ditimpakan kali ini, bukan yang pertama dialami Sarkozy. Pada Februari 2017, dia pernah dihadapkan ke pengadilan atas tuduhan mengeluarkan dana kampanye lebih besar dari yang diperbolehkan. Kasus ini juga merupakan kasus lama saat dia pada 2012 bermaksud bertarung lagi di pemilihan presiden. Atas putusan pengadilan, Sarkozy mengajukan banding.