Sejumlah warga Kurdi di Paris, Perancis, turun ke jalan untuk memprotes hal itu, Rabu (21/3). Mereka mengingatkan bahwa Kurdi telah membantu Barat untuk memberantas Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
”Sikap diam dunia internasional melengkapi rencana mengerikan Erdogan (Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan). Diam berarti setuju,” kata para pengunjuk rasa.
”Pejuang yang bertempur dengan gagah berani melawan NIIS kini diserahkan nasibnya pada belas kasih pasukan Turki,” ujar Khaled Issa, wakil komunitas Kurdi di Perancis.
”Ada tanggung jawab moral masyarakat internasional pada agresi yang ilegal. Hal yang terjadi di Afrin adalah pembersihan etnis dan negara besar hanya menonton,” ungkap Issa.
Setelah dua bulan menyerbu Afrin, Turki akhirnya menduduki pusat provinsi itu pada Minggu (18/3). Invasi atas Afrin dilakukan dengan dibantu Tentara Pembebasan Suriah (FSA), milisi oposisi yang disokong Turki dalam perang saudara di Suriah.
Erdogan, Selasa lalu, menyatakan, setelah menguasai Afrin, Turki akan melanjutkan serangan ke kota-kota lain yang mayoritas warganya beretnis Kurdi. Kota-kota itu, antara lain Manbij, Ayn al-Arab, dan Qamishli.
Anggota NATO
Komunitas Kurdi di Jerman, negara tempat tinggal 1 juta orang Kurdi, menyebut Turki tak akan dikecam oleh siapa pun dengan invasi itu. Penyebabnya Turki merupakan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
”Pelaku pelanggaran hukum internasional tidak akan pernah diberi sanksi,” ungkap perwakilan komunitas Kurdi di Jerman.
”Afrin merupakan contoh pahit realitas politik. Negara Barat, khususnya Amerika Serikat, senang memanfaatkan pasukan Kurdi Suriah untuk perang di darat melawan NIIS. Turki, anggota NATO, lebih penting daripada Afrin,” papar Didier Billion, Wakil Direktur Institute for International and Strategic Relations di Perancis.
Sejumlah pihak memperkirakan, 250.000 warga Kurdi melarikan diri dari Afrin sejak invasi Turki dimulai. Sedikitnya 1.500 milisi Kurdi tewas akibat invasi itu.
Bukan hanya warga Kurdi yang tewas akibat agresi Turki. Warga Inggris, Anna Campbell (27), dilaporkan tewas di Afrin, pekan lalu. Ia mendampingi unit tempur wanita Kurdi (YPJ) sebelum tewas. Campbell bukan warga asing pertama yang tewas saat bersama YPJ. Pada 2015, warga Jerman, Ivana Hoffmann, juga tewas saat berperang bersama YPJ.
Turki bersikeras semua orang bersenjata dari bangsa Kurdi adalah teroris. Dengan alasan memburu teroris Kurdi, Turki menggelar operasi Ranting Zaitun dan menginvasi Afrin sejak Januari 2018.
Invasi Turki telah diperluas hingga ke Irak setelah Ankara melakukan serangan udara di Irak utara, Rabu. Militer Turki mengklaim 12 anggota Partai Pekerja Kurdi (PKK) tewas dalam serangan itu. PKK yang terlibat pemberontakan di Turki pada 1980-an telah dimasukkan dalam daftar organisasi teroris.
Serangan udara Turki di Irak menyasar daerah Harkurk. Turki beralasan, serbuan itu bertujuan mencegah serangan yang hendak dilakukan oleh kelompok di wilayah itu. Irak utara berkali-kali dibom oleh Turki. Ankara beralasan memburu PKK di Qandil dan sejumlah daerah di sana.