”Setelah pertemuan Korsel dan Korut, pertemuan Korut dan AS juga akan menjadi peristiwa bersejarah. Hasil pertemuan bilateral itu bisa saja mengarah pada pertemuan tiga pihak, yakni Korsel, Korut, dan AS,” kata Moon di kantor kepresidenan Gedung Biru di Seoul setelah menggelar pertemuan untuk membahas persiapan pertemuan bilateral Korsel dan Korut.
Lokasi pertemuan bilateral, 29 Maret mendatang, kemungkinan di Desa Panmunjom yang berada di wilayah perbatasan kedua negara. Agenda pembicaraan dalam pertemuan itu masih akan dibahas terlebih dahulu dalam pertemuan, Kamis.
Serangkaian pertemuan tingkat tinggi itu, kata Moon, menargetkan ”penghentian sepenuhnya” isu nuklir sehingga terwujud perdamaian di Semenanjung Korea.
Pengganti
Moon mengaku sudah memiliki ”tujuan dan visi yang jelas” untuk mewujudkan perdamaian abadi. Ini bisa menjadi alternatif pengganti kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani pada akhir Perang Korea 1950-1953. Kesepakatan ini, antara lain, terkait dengan pemulihan hubungan Korut dan AS, pengembangan hubungan Korsel dan Korut, serta kerja sama ekonomi yang melibatkan Korut dan AS.
”AS juga harus memberi jaminan terwujudnya perdamaian. Korsel dan Korut harus mencari cara untuk bisa sejahtera bersama dalam suasana damai dan tanpa saling ikut campur atau mengganggu,” kata Moon.
Langkah konkret awal yang bisa dilakukan, antara lain, menghentikan siaran-siaran propaganda yang dilakukan kedua pihak di wilayah-wilayah perbatasan. Siaran propaganda itu biasanya dilakukan dengan menggunakan pengeras suara. Kantor berita Korut, KCNA, mengakui, mulai terasa atmosfer rekonsiliasi kedua negara tetangga dan ada tanda-tanda perubahan dalam hubungan Korut dan AS.
Namun, KCNA mengatakan, suasana yang membaik itu bukan karena tekanan-tekanan Trump pada Korut, melainkan berkat langkah-langkah proaktif dan usulan perdamaian dari rezim Korut.
Dari Vantaa, Finlandia, dikabarkan, pembicaraan informal yang diikuti 18 orang delegasi dari Korut, Korsel, dan AS berlangsung dengan konstruktif. Salah satu pejabat yang terlibat dalam pembicaraan itu adalah Choe Kang Il, Wakil Direktur Jenderal untuk Urusan Amerika Utara Kementerian Luar Negeri Korut.
Diplomasi jalur kedua (second track diplomacy) itu digelar di tengah serangkaian pertemuan diplomatik menjelang pertemuan AS-Korut.
”Pertemuan tersebut mengeksplorasi pendekatan untuk membangun kepercayaan diri dan mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea. Para peserta berdialog dan bertukar pendapat secara konstruktif dan dalam suasana positif,” kata Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Finlandia Kimmo Lahdevirta.